Program Komunitas Salihara Mei 2009 Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB Resital piano tunggal LEVI GUNARDI di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG Sutradara: Edwin di Teater Salihara GRATIS Jumat-Sabtu, 8-9 Mei 2009, 20:00 WIB Tari LELANGEN BEKSAN Padneçwara di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Rabu 13 Mei 2009, 19:00 WIB Peluncuran dan Diskusi Buku DEMOKRASI DAN KEKECEWAAN Pembicara: A. Setyo Wibowo, Sandra Hamid dan Arianto Patunru di Serambi Salihara Gratis 15-24 Mei 2009, 20:00 WIB (Senin libur) Teater TANDA CINTA Teater Koma di Teater Salihara HTM Rp 100.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Senin, 18 Mei 2009, 19:00 WIB Diskusi BUKU PUISI KOLAM karya SAPARDI DJOKO DAMONO Pembicara: Muhammad Al-Fayyadl dan Nirwan Ahmad Arsuka di Serambi Salihara GRATIS Senin-Selasa, 27-28 Mei 2009, 20:00 WIB Pertunjukan Musik dan Multimedia EVENT HORIZON Sincronie, Italia di Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Reservasi dan Informasi: Natalie 0817-077-1913 Nike 0818-0730-4036 Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Tel. 021-789-1202, Faks. 021-781-8849 www.salihara. ------------ SINOPSIS Sabtu, 2 Mei 2009, 20:00 WIB Resital piano tunggal LEVI GUNARDI Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Levi Gunardi adalah seorang pianis Indonesia ternama, kelahiran 1976. Ia bergabung dalam Junior Original Concert, sebuah kelompok yang terdiri dari para pemusik muda berbakat di bawah usia 15 tahun, dan telah menggubah karya-karyanya sendiri untuk piano dan electone, yang ia mainkan di sejumlah kota besar di Indonesia. Pada tahun 1992, ia meraih penghargaan "Most Outstanding Performance" se-Asia Tenggara mewakili Indonesia di Singapura, dan "Outstanding Performance Award" tingkat internasional (mewakili Indonesia dan benua Asia), di Kyoto, Jepang pada tahun yang sama. Setelah menyelesaikan tingkat Persiapan Konservatorium di Yayasan Pendidikan Music di bawah bimbingan Iravati Sudiarso pada tahun 1996, Levi diterima di Manhattan School of Music di New York, AS, belajar piano pada Constance Keene, dan musik kamar pada Marc Silverman, Isadore Cohen, serta Gerald Robyns. Pada tahun 1997, ia tampil di Steinway Hall dan Donell Library, keduanya di bawah Asosiasi Leschetizky. Pada awal tahun 2002, ia menyelesaikan program Bachelor of Music dan Master of Music, yang diraihnya melalui beasiswa penuh dari para petinggi Manhattan School of Music. Ia telah tampil dalam sejumlah master class oleh pianis-pianis klasik dunia: Barry Snyder, Ruth Slenckczyska, Alexis Golovin, Joaquin Soriano, Solomon Mikowsky, Midori Nohara, Eduardus Halim, Reynaldo Reyes, dan Constance Keene. Levi pernah tampil sebagai solis bersama pianis William Whipple dan Cedar Rapids Symphony Orchestra pimpinan Christian Tiemeyeer, dan bersama Twilite Orchestra pimpinan Addie MS. Ia menjadi salah satu finalis pada Bergen Philharmonic Concerto Competition di New Jersey, AS. Ia pernah diundang oleh Nanyang Academy of Fine Arts untuk memberikan resital kuliah sebagai pembuka rangkaian 2002 Commuter Concert di Singapura, dan pernah mengadakan resital di Esplanade Recital Hall, Singapura. Ia juga pernah menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam The 7th Franz Liszt International Piano Competition di Utrecht, Belanda. Ia telah merilis CD piano tunggal, yang kemudian masuk nominasi "Anugerah Musik Indonesia 2004", dan yang salah satu lagunya menduduki peringkat pertama untuk lagu Indonesia dengan penjualan terbanyak di iTunes Indonesia. Selain sebagai pemain, ia cukup aktif memberikan master class untuk pianis-pianis muda Indonesia berbakat, serta menjadi juri pada beberapa kompetisi seperti Yamaha Electone Festival di Taipei, Taiwan, 2nd dan 3rd UPH National Piano Competition. Dalam pertunjukannya di Teater Salihara, Levi Gunardi akan membawakan karya-karya Frederich Chopin, Franz Liszt, Sergei Rachmaninov dan Johann Strauss/Grunfeld, serta karya komponis Indonesia seperti Ismail Marzuki, Mochtar Embut, dan karya Levi Gunardi sendiri. Rabu, 6 Mei 2009, 19:30 WIB Pemutaran Film BABI BUTA INGIN TERBANG '77 Menit Sutradara: Edwin Teater Salihara GRATIS Film Babi Buta yang Ingin Terbang menuturkan kisah tentang kerancuan identitas, kebimbangan dan kecemasan, serta pengalaman kehilangan jala—perasaan-perasaan yang sering dialami oleh warga etnik Tionghoa di Indonesia. Inilah cerita tentang seorang ayah yang ingin mendapatkan lotere green card dan pindah ke Amerika Serikat. Cerita tentang seorang mantan juara bulutangkis nasional yang ditinggalkan suaminya yang menikahi seorang perempuan Jawa. Cerita tentang seorang anak lelaki yang sering dilempari batu karena ia seorang keturunan Cina. Cerita tentang seorang gadis yang percaya bahwa petasan bisa mengusir hantu. Dengan latar urban Indonesia masa kini, film Babi Buta yang Ingin Terbang mengikuti perjalanan gadis keturunan Cina bernama Linda dalam menemukan jatidirinya. Gambaran tentang kenyataan pahit yang mendera karakter Linda dalam film ini sekaligus memperlihatkan kehidupan orang-orang di sekitarnya. Bagaikan sebentuk mosaik ajaib, film ini tersusun dari serpihan-serpihan cermin yang berwarna-warni—rentan namun indah. Beberapa pemain di film ini adalah Ladya Cherryl, Carlo Genta, dan Pong Harjatmo. Film Babi Buta yang Ingin Terbang mendapat penghargaan FIPRESCI (Federasi Kritikus Film Internasional) di Festival Film Rotterdam 2009. Pemutaran film Babi Buta yang Ingin Terbang di Teater Salihara merupakan hasil kerjasama antara Komunitas Salihara, Komunitas Lensa Massa FIB UI, dan Departemen Kajian Budaya BEM FIB UI (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia). Seusai pemutaran film akan diadakan tanya-jawab dengan sang sutradara, Edwin; sinematografer, Sidi Saleh; dan produser, Meiske Taurisia. Jumat-Sabtu, 8-9 Mei 2009, 20:00 WIB Tari LELANGEN BEKSAN Padneçwara Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) 'Beksan' merupakan istilah kromo inggil untuk njoget, yang dalam bahasa Jawa yang berarti menari. Beksan merupakan salah satu warisan budaya leluhur Jawa; tidak hanya menjadi pelipur, namun juga sarat makna yang berangkat dari kejadian-kejadian yang dicermati oleh para leluhur. Dalam Lelangen Beksan, Padneçwara menyajikan sejumlah tarian lepas yang sarat akan simbol. Beksan Noworetno; koreografi berdasarkan ragam bedhaya ini merupakan ungkapan permohonan pengayoman, keselamatan dan kedamaian dari Tuhan, dan yang dibawakan oleh sembilan penari dalam busana dan gerak sama. Kumolobumi; kisah pertempuran Adaninggar dari dataran China dan Kelaswara dari kerajaan Kelan: dua prajurit perempuan digdaya yang saling mempertahankan harkat, martabat dan cinta. Enggar Enggar; usaha Damarwulan untuk meyakinkan sang istri Anjasmara agar merelakan kepergiannya ke medan perang: sebuah tugas luhur dari Ratu Majapahit, Kencana Wungu, untuk menumpas pemberontakan Adipati Kerajaan Blambangan, Menakjinggo. Padneçwara merupakan kelompok tari yang didirikan oleh Retno Maruti pada bulan Maret 1976, dan telah menghasilkan sejumlah koreografi yang pantas dicatat di khasanah seni Nusantara; salah satunya adalah karya kolaborasi Retno Maruti dengan Bulantrisna Djelantik yang dipentaskan pada tahun 2006 yaitu Bedhaya Legong Calonarang. Padneçwara telah tampil di berbagai negara, di antaranya Singapura, Kamboja, Beijing-China dan Moskow-Rusia. Selama lebih dari tiga dasawarsa, Padneçwara memegang peranan penting di dunia tari klasik Jawa. Lelangen Beksan pernah dipentaskan di Teater Luwes IKJ tahun 2008, dengan karya-karya: Srimpi Ludiromadu, Sekar Puri, Pamungkas, Beksan Noworetno dan Kelono. Pentas Lelangen Beksan di Teater Salihara kali ini akan didukung oleh sejumlah penari seperti Retno Maruti dan Nungki Kusumastuti. Rabu 13 Mei 2009, 19:00 WIB Peluncuran dan Diskusi Buku DEMOKRASI DAN KEKECEWAAN Pembicara: A. Setyo Wibowo, Sandra Hamid dan Arianto Patunru Serambi Salihara Buku ini bermula dari orasi ilmiah Goenawan Mohamad (GM) dalam acara Nurcholish Madjid Memorial Lecture (NMML), 23 Oktober lalu di Universitas Paramadina, berjudul "Demokrasi dan Disilusi". Dalam ceramah itu, GM melancarkan kritik tajam terhadap praktik demokrasi di Indonesia. Bagi GM, "Indonesia sedang memasuki sebuah masa, ketika rakyat—dengan hak penuh untuk memilih dan tak memilih—akan mencemooh, bahkan mencurigai, para pemegang peran dalam demokrasi parlementer yang ada". GM pun mengutip komentar novelis Pemenang Nobel, Saramago: "Pemilihan umum telah jadi representasi komedi absurd, yang memalukan". Tapi GM tak serta merta menolak demokrasi. Dengan meminjam analisa para filsuf yang nama dan ide mereka sangat asing dalam rutinitas politik Indonesia seperti Lacan, Mouffe, Laclau, Badiou, Ziziek, Rancière, GM merindukan apa yang ia sebut la politique, "Politik-P" (Politik Perjuangan). Untuk menangkis kekecewaan terhadap demokrasi, ia menyatakan bahwa "satu-satunya jalan yang masih terbuka adalah selalu dengan setia mengembalikan politik sebagai perjuangan". Begitu, karena alternatifnya adalah anarkisme atau terorisme Al-Qaedah. GM menegaskan perlunya kita memperkuat sisi "perjuangan" di dalam demokrasi dan politik. Ihsan Ali-Fauzi, sebagai penanggungjawab NMML, menyambut kritik GM tersebut dan membuat tradisi keilmuan yang sangat baik: ceramah GM dijadikan polemik dengan mengundang komentar dan tanggapan dari tokoh dan penulis yang mayoritas dari mereka masuk dalam madzhab demokrasi liberal yang menjadi sasaran utama kritik GM, seperti R. William Liddle, Rocky Gerung, Rizal Panggabean dan Dodi Ambardi. Tanggapan lain juga datang dari Robertus Robert yang tekun mengkaji filsafat politik kontemporer serta Ihsan Ali-Fauzi yang mengkaji gerakan sosial-politik baru. Di akhir buku, GM memberi tanggapan baliknya, yang lebih panjang dari orasi ilmiah pertamanya. Walhasil, buku ini menarik dibahas lebih lanjut. Untuk itu, ikuti diskusinya bersama A. Setyo Wibowo (dosen filsafat di STF Driyarkara), Sandra Hamid (penggiat demokrasi dan peraih doktor antropologi politik dari University of Illinois) dan Arianto Patunru (Deputi Direktur LPEM Universitas Indonesia), dengan moderator Burhanuddin Muhtadi (peneliti Lembaga Survei Indonesia). Sebelum diskusi, acara akan diawali ceramah singkat GM berjudul "Demokrasi, Politik dan Kairos". Acara ini merupakan kerjasama Komunitas Salihara dengan Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD), Yayasan Wakaf Paramadina. Gratis: 25 kopi buku akan dibagikan kepada peserta yang pertamakali mendaftar dan tersedia makan malam. 15-24 Mei 2009, 20:00 WIB (Senin libur) Teater TANDA CINTA Teater Koma Teater Salihara HTM Rp 100.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 50.000,- (tempat terbatas) Hingga usia di ambang senja, Suami tetap penasaran karena Istri tak pernah mau menjawab sebuah pertanyaan sederhana: "Masih adakah cinta di antara kita?" Bukan berarti tiada jawaban, tapi jawaban malah sering menyimpan berbagai pertanyaan baru. Bagi Istri, mencinta tidak harus selalu dengan kata-kata, tapi lebih nyata jika berupa tindakan. Sedang Suami yakin, meski tindakan penting, kata-kata juga penting. Karena penasaran, Suami mencetak dan menyebarkan Pamflet Cinta. Isi pamflet hanya sebuah pertanyaan: "Masih Adakah Cinta di Antara Kita?" dengan satu pilihan dari dua jawaban: "masih ada" atau "tidak ada". Pamflet itu disebarkan ke ruang publik, namun tak satu pun kembali; tak ada jawaban yang datang. Pertanyaan yang pada awalnya terasa sederhana menjadi penting dan sangat bermakna. Tanda Cinta merupakan persembahan penulisnya bagi hari jadi Ratna Riantiarno yang ke-57, 23 April (1952-2009), dan juga hari jadi N. Riantiarno yang ke-60, 6 Juni (1949-2009). Tanda Cinta pertama kali dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta, pada 27-28 dan 29 Juli 2005. Merupakan produksi Teater Koma ke-117, lakon Tanda Cinta dikemas dalam durasi sekitar 99 menit, melibatkan Ratna Riantiarno sebagai Istri dan N. Riantiarno sebagai Suami. Teater Koma didirikan di Jakarta, 1 Maret 1977. Banyak mementaskan karya N. Riantiarno seperti Opera Kecoak, Sampek Engtay dan Republik Petruk, serta karya dramawan kelas dunia seperti William Shakespeare dan Bertolt Brecht. Biasa menggelar pementasan di Taman Ismail Marzuki dan Gedung Kesenian Jakarta, saat ini, perkumpulan kesenian non-profit ini didukung sekitar 30 anggota aktif dan 50 anggota yang bergabung secara situasional. Empat kali mengalami pencekalan pentas (Maaf.Maaf.Maaf. [1978], Sampek Engtay [1989], Suksesi dan Opera Kecoa [1990]), dua kali ancaman bom dan berkali-kali menjalani interogasi oleh pihak berwajib, Teater Koma tetap konsisten dan produktif. Dikenal punya banyak penonton yang setia, pentas-pentasnya sering digelar lebih dari dua minggu, bahkan pernah lebih dari satu bulan. Senin, 18 Mei 2009, 19:00 WIB Diskusi BUKU PUISI KOLAM SAPARDI DJOKO DAMONO Pembicara: Muhammad Al-Fayyadl & Hasan Aspahani Serambi Salihara GRATIS Penyair Sapardi Djoko Damono baru-baru ini menerbitkan buku puisi terbarunya, Kolam –empat dasawarsa setelah kumpulan puisinya yang pertama, DukaMu Abadi (1969). Setelah bahasa dan sastra sekadar menjadi bagian dari lautan slogan dan jargon pada paruh pertama 1960-an, Sapardi merebut kembali kata sebagai milik paling asasi dalam penciptaan dan kebebasan. DukaMu Abadi bisa dilihat sebagai titik kelahiran kembali puisi lirik Indonesia. Puisi Sapardi dikenal membawakan lirisisme dan memiliki kelebihan bukan karena kerumitan makna atau keunikan bentuknya, namun karena menggunakan bahasa yang jernih dan sederhana. Kumpulan-kumpulan puisi Sapardi yang lain adalah Mata Pisau dan Aquarium (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), Ayat-ayat Api (2000), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro? (2002), Mantra Orang Jawa (2005), puitisasi mantra-mantra tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia. Sapardi sendiri memandang karya sastra dari dua segi: tematik dan stilistik (gaya penulisan). Dalam hal gaya, katanya, sudah banyak usaha pembaruan di Indonesia. Tetapi dari segi tema, tak banyak sastrawan mampu menghadirkan hal-hal baru. Bagaimana puisi-puisi mutakhir Sapardi mengolah tema dan bentuk pengucapannya sendiri? Adakah ihwal baru yang ditawarkan oleh Sapardi dalam Kolam ini? Ataukah Kolam sekadar reproduksi dan repetisi Sapardi terhadap puisi-puisinya yang dulu? Ikuti diskusinya dengan Muhammad Al-Fayyadl, penulis buku Derrida, dan Hasan Aspahani, seorang penyair dan blogger sastra. Rabu-Kamis, 27-28 Mei 2009, 20:00 WIB Pertunjukan Musik dan Multimedia EVENT HORIZON Sincronie, Italia Teater Salihara HTM Rp 50.000,- Pelajar/Mahasiswa Rp 25.000,- (tempat terbatas) Sincronie adalah proyek yang dimulai pada tahun 2003 oleh para pemusik yang ingin mengembangkan ide-ide mengenai musik, dan pengalaman estetis secara umum, yang dihadirkan ke hadapan pemirsa sebagai acara tematis dan unik. Pendiri Sincronie adalah sejumlah komponis lintas generasi yang memiliki pandangan sama mengenai musik, seperti George Crumb, Giacinto Scelsi, Olivier Messiaen, dan Terry Riley. Mereka bertemu tiap tahun untuk menciptakan acara kolektif yang berbeda tiap tahunnya, yang menggambarkan pandangan unik mereka tentang musik kontemporer. Penggalian pengalaman estetis mendalam, riset bahasa yang luas, perluasan kebebasan berpikir yang tak pernah usai, teknologi untuk meningkatkan hubungan antara bahasa artistik dan pemirsa; kesemuanya hanyalah sedikit hal yang mempertemukan para anggota Sincronie untuk berkolaborasi dalam proyek-proyek Sincronie, untuk menghasilkan acara-acara yang konsisten dengan sensibilitas artistik mereka. Tiap tahunnya, Sincronie berkolaborasi dengan mitra-mitra internasional, sejumlah institusi musik, serta seniman-seniman musik dan visual bertaraf internasional yang terpilih secara ketat. Dalam pementasan Event Horizon di Teater Salihara, Sincronie akan menampilkan sebuah kelompok musik yang diakui secara internasional ICARUS Ensemble; terdiri dari pemain perkusi tradisi Italia Pino Basile, pianis Andrea Carnevali dan pemain terompet Fabio Caggiula. Mereka akan berkolaborasi dengan pemusik elektronik Massimiliano Viel, dan seniman video Fabio Volpi. |
Akses email lebih cepat.
Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! (Gratis)
__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment