Mohon maaf ada kekeliruan pembicara buku puisi Sapardi Djoko Damono yang tertulis sebelum ini Muhammad al-Fayyad dan Nirwan Arsuka, yang benar Muhammad al-Fayyadl dan Hasan Aspahani. Mohon maaf atas kekeliruan ini dan pada yang bersangkutan. Muhammad al-Fayyad akan mengulas puisi Sapardi dari sudut pandang filsafat, sementara Hasan Aspahani akan membandingkan puisi-puisi Sapardi dari buku puisinya yang pertama hingga yang terbaru "Kolam". Senin, 18 Mei 2009, 19:00 WIB Diskusi BUKU PUISI KOLAM karya SAPARDI DJOKO DAMONO Pembicara: Muhammad Al-Fayyadl dan Hasan Aspahani di Serambi Salihara GRATIS Penyair Sapardi Djoko Damono baru-baru ini menerbitkan buku puisi terbarunya, Kolam –empat dasawarsa setelah kumpulan puisinya yang pertama, DukaMu Abadi (1969). Setelah bahasa dan sastra sekadar menjadi bagian dari lautan slogan dan jargon pada paruh pertama 1960-an, Sapardi merebut kembali kata sebagai milik paling asasi dalam penciptaan dan kebebasan. DukaMu Abadi bisa dilihat sebagai titik kelahiran kembali puisi lirik Indonesia. Puisi Sapardi dikenal membawakan lirisisme dan memiliki kelebihan bukan karena kerumitan makna atau keunikan bentuknya, namun karena menggunakan bahasa yang jernih dan sederhana. Kumpulan-kumpulan puisi Sapardi yang lain adalah Mata Pisau dan Aquarium (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), Ayat-ayat Api (2000), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro? (2002), Mantra Orang Jawa (2005), puitisasi mantra-mantra tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia. Sapardi sendiri memandang karya sastra dari dua segi: tematik dan stilistik (gaya penulisan). Dalam hal gaya, katanya, sudah banyak usaha pembaruan di Indonesia. Tetapi dari segi tema, tak banyak sastrawan mampu menghadirkan hal-hal baru. Bagaimana puisi-puisi mutakhir Sapardi mengolah tema dan bentuk pengucapannya sendiri? Adakah ihwal baru yang ditawarkan oleh Sapardi dalam Kolam ini? Ataukah Kolam sekadar reproduksi dan repetisi Sapardi terhadap puisi-puisinya yang dulu? Ikuti diskusinya dengan Muhammad Al-Fayyadl, penulis buku Derrida, dan Hasan Aspahani, seorang penyair dan blogger sastra. ------- Discussion on KOLAM, A POETRY BOOK BY SAPARDI DJOKO DAMONO Speakers: Muhammad Al-Fayyadl & Hasan Aspahani Salihara Lounge Monday, 18 May 2009, 07:00 p.m. Free admission The renowned Indonesian poet Sapardi Djoko Damono has just published his latest poetry collection, Kolam [Pond]—four decades after his first book of poetry, DukaMu Abadi [Your Sorrow Is Eternal] (1969). After the massive reduction of Indonesian language and literature into slogans and jargons in the early 1960s, Sapardi reclaimed the power of the word as the fundamental property of freedom of expression and creativity. The publication of DukaMu Abadi may be seen as the rebirth of Indonesian lyric poetry. Sapardi's poems are known for their clear, simple language and lyrical atmosphere. Among Sapardi's poetry collections are Mata Pisau [Knife Point] and Akuarium [Aquarium] (1974), Perahu Kertas [Paper Boat] (1983), Sihir Hujan [Rain Magic] (1984), Hujan Bulan Juni [Rain in June] (1994), Ayat-ayat Api [Verses of Fire] (2000), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro? [What's the News Today, Den Sastro?] (2002), and Mantra Orang Jawa [Mantras of the Javanese] (2005), a poetic rendering of Javanese mantras in Indonesian. Sapardi himself sees literature in two basic terms: thematically and stylistically. In terms of style, he thinks there have been significant innovations in Indonesian literature. But there have not been many new subjects introduced by Indonesian authors. How do Sapardi's latest poems deal with these thematic and stylistic issues? Are there any new elements introduced by Sapardi in Kolam? Or is it simply a repetition of his earlier works? Join a discussion with Muhammad Al-Fayyadl, author of the book Derrida, and Hasan Aspahani, a poet and literary blogger. |
Lebih aman saat online.
Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment