Terima kasih, telah Asa baca puisi-puisimu
tergugah untuk meneruskan langkah
dan sampai kini entah ke hitungan botol berapa jumlah
ketikabanyak isi tintah yang telah tumpah
Salam kreatif selalu dari Ali Syamsudin Arsy
di Banjarbaru kami bertumpah ruah.
tergugah untuk meneruskan langkah
dan sampai kini entah ke hitungan botol berapa jumlah
ketikabanyak isi tintah yang telah tumpah
Salam kreatif selalu dari Ali Syamsudin Arsy
di Banjarbaru kami bertumpah ruah.
Dari: dian hartati <dianhartati@
Kepada: Ali Syamsudin Arsy <alisyamsudinarsy@
Cc: afoez@yahoo.
Terkirim: Minggu, 12 April, 2009 17:37:50
Topik: [ac-i] Re: Puisi Puisi
Klik juga ya...
http://www.lampungp ost.com/cetak/ berita.php? id=2009041123053 018
kunjungi jejak langkahku
www.sudutbumi. wordpress. com
From: Ali Syamsudin Arsy <alisyamsudinarsy@ yahoo.co. id>
To: afoez@yahoo. com; ahmadun21@yahoo. com; aksarasastra@ yahoogroups. com; alam-bawahsadar@ yahoogroups. com; andi.galeri@ yahoo.com; anthony.brownjr1@ hotmail.com; apreelia@yahoo. com; artculture-indonesi a@yahoogroups. com; Arifin Katiq <arifinkatiq_ art@yahoo. com>; bimacenter@yahoogro ups.com; mimbar-bebas@ yahoogroups. com; Halim Budiman <hbudiman2410@ yahoo.co. id>; daily_lists@ yahoo.com; dedy_tri_r@yahoo. com; dk_jatim@yahoo. com; dian hartati <dianhartati@ yahoo.com>; Dimas Mihardja <dimasarikmihardja@ yahoo.co. id>; WordPress.com <donotreply@wordpres s.com>; s_budhi@yahoo. com; saidou_keita@ yahoo.fr; sainulh@yahoo. com; sastra-pembebasan@ yahoo.groups. com; sawali64@gmail. com; sfirly@yahoo. com; sjoseph008@yahoo. com.hk; Agus Supriadi <agus@gmail.com>; formasi senja <formasisenja@ yahoo.co. id>; Kahlil Gibran <hermanbuds@gmail. com>; kekasih_anggi@ yahoo.co. id; Kadek Purnami <kadek.purnami@ ubudwritersfesti val.com>; viddyad2@yahoo. com; rudi_banjar@ yahoo.co. id; Riezal_MB@yahoo. co.id; redaksi@gong. tikar.or. id; rifqimail@gmail. com; jipah_imaji@ yahoo.com; media-jogja@ yahoogroups. com; komunitashistoria@ yahoogroups. com; dian hartati <dianhartati@ yahoo.com>
Sent: Friday, April 10, 2009 6:25:30 PM
Subject:
Akses email lebih cepat.
Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! (Gratis)
http://www.lampungp ost.com/cetak/ berita.php? id=2009041123053 018
kunjungi jejak langkahku
www.sudutbumi. wordpress. com
From: Ali Syamsudin Arsy <alisyamsudinarsy@ yahoo.co. id>
To: afoez@yahoo. com; ahmadun21@yahoo. com; aksarasastra@ yahoogroups. com; alam-bawahsadar@ yahoogroups. com; andi.galeri@ yahoo.com; anthony.brownjr1@ hotmail.com; apreelia@yahoo. com; artculture-indonesi a@yahoogroups. com; Arifin Katiq <arifinkatiq_ art@yahoo. com>; bimacenter@yahoogro ups.com; mimbar-bebas@ yahoogroups. com; Halim Budiman <hbudiman2410@ yahoo.co. id>; daily_lists@ yahoo.com; dedy_tri_r@yahoo. com; dk_jatim@yahoo. com; dian hartati <dianhartati@ yahoo.com>; Dimas Mihardja <dimasarikmihardja@ yahoo.co. id>; WordPress.com <donotreply@wordpres s.com>; s_budhi@yahoo. com; saidou_keita@ yahoo.fr; sainulh@yahoo. com; sastra-pembebasan@ yahoo.groups. com; sawali64@gmail. com; sfirly@yahoo. com; sjoseph008@yahoo. com.hk; Agus Supriadi <agus@gmail.com>; formasi senja <formasisenja@ yahoo.co. id>; Kahlil Gibran <hermanbuds@gmail. com>; kekasih_anggi@ yahoo.co. id; Kadek Purnami <kadek.purnami@ ubudwritersfesti val.com>; viddyad2@yahoo. com; rudi_banjar@ yahoo.co. id; Riezal_MB@yahoo. co.id; redaksi@gong. tikar.or. id; rifqimail@gmail. com; jipah_imaji@ yahoo.com; media-jogja@ yahoogroups. com; komunitashistoria@ yahoogroups. com; dian hartati <dianhartati@ yahoo.com>
Sent: Friday, April 10, 2009 6:25:30 PM
Subject:
BULU MATA GALUH CEMPAKA
Ali Syamsudin Arsi
(bila harum dan subur bunga-bunga sekelilingku hanya melahirkan duka lara maka engkau datang percuma saja; bertahun sudah gumpalan sakit berpuluh sakit sampai ke anak pinak tetaplah meredam sakit, engkau berduyun datang di penghujung waktu aku tetap saja terkepung)
ternyata harum bau tanah ternyata subur lapisan bawah tanah
takjua menghilangkan rasa percuma
gegar gempita, hanya untuk sorak-sorai orang-orang yang datang
dari kejauhan
melangkah pasti
sampai ke batas-batas kepunahan
di sini tetap sebagai rumpun-rumpun ilalang yang mati
(bila kemilau dan fuah rahasia itu tak mampu menuntunku ke wilayah-wilayah capaian maka amarah pun membara sampai ke bulu-bulu mata, akulah si Galuh Cempaka, lahir dari mitos-mitos perkampungan di tanah-tanah lubang pendulangan; akulah yang melagukan derap di keheningan hutan-hutan, akulah yang melagukan pikuk di gamang-gamang harapan, akulah yang melagukan riwayat-riwayat perjalanan, akulah yang melagukan kematian raja-raja sampai berlapis-lapis turunan, akulah yang melagukan sihir-sihir percintaan, akulah yang melagukan, akulah; laguku lagu kemilau di lingkaran mahkota raja-raja, laguku lagu cahaya di anggunnya suri-suri penguasa, laguku lagu darah yang membasah di anak tangga setiap tahta istana; akulah yang melagukan, akulah, akulahitu sebagai lagu si Galuh Cempaka)
ternyata kemilau itu tak jua sampai kepada harapan, orang-orang
di lingkaran lubang-lubang galian
ternyata fuah rahasia itu telah ditangkap sebelum harapan, orang-orang
dengan peluh setajam tirak tetap saja berdiri kaku diam tak bergerak
ternyata riwayat dari mitos itu selalu saja menggelinding menjauhi, orang-orang
dengan kepal mengeras di linggangan waktu pun tak pernah berpihak
ternyata banyak riwayat perjalanan tak pernah menuntaskan, orang-orang
terjebak di dalam sulung-sulung bertingkat
ternyata perjalanan darah itu adalah sejarah, orang-orang
saling menatap di bibir lubang surut-lubang dalam jebak lumpur kepunahan
(bila garis lurus ditarik dari Ampar Tikar, Riam Kanan, Mandikapau, Tiwingan, Rantau Bujur, Rantau Alayung, sampai kepada Gompong, Sungai Besar, dan bertemu titik di Awang Bangkal maka adakah geriap di setiap ucap zikir mereka, padahal ada geliat Trisakti melewati batas benua, ada Galuh Cempaka sebagai wujud dari beragam legenda, ada Galuh Bulan bermuasal mimpi kapala lubang, ada Galuh Badu selain bermimpi di arus bening tanah Bati-Bati, ada yang kini terkesima dengan si Putri Malu, mimpi yang terputus dalam igau tidurmu, wahai para pendulang yang duduk termangu, dari dahulu sampai sejarah berulang kini, tetap duduk termangu, bila musim hujan datang menerjang sepi lingkaran linggang-linggang melepas goyang di riak pemisah batu lumpur dan kemiulau sampai berharap sampai berangan, menjauh tangkap dilunas jejak kaki berpijak; sampai desauku di pelepah dahan sampai risauku di rimbun daun, sampai galauku di rimbun tulang; akulah si Galuh Cempaka, asal pungkala sebab darahku meriap sampai di bulu-bulu mata)
lagu hujan di lubang-lubang galian
lagu sangsai para pendulang
sejarah batu melepas mimpi
berangan-harap sampai di gigil tulang
lubang-lubang merekah lubang-lubang luas menganga
sulung-sulung waktu itu melinggis darahku, darah si Galuh Cempaka
nasib yang bertali beban
pundak dan langkah terseret dirunduk ngilu
pusara pusara pusara, tak mampu menepis enyah
pusaka pusaka pusaka, tak mampu menipis resah
lagu-lagudi turunan hujan itu selalu saja
melempar lambai anak-anak gemulai
lalgu-lagu di tikungan hujan itu sama saja
menolak lambai wanita-wanita penunggu belai
lagu-lagu hujan itu, sebagai penanda
riwayat sedih datang berulang
lagu-lagu hujan itu
(bila harum dan subur bunga-bunga sekelilingku hanya melahirkan duka lara maka engkau datang percuma saja; bertahun sidah gumpalan sakit berpuluh sakit sampai ke anak pinak tetaplah meredam sakit, engkau berduyun datang di penghujung waktu aku tetap saja terkepung)
bulu mataku bulu mata si Galuh Cempaka
tiris atap rumahku
tak sebanding kilau melepaskan cahaya
(bila harum dan subur bunga-bunga sekelilingku hanya melahirkan duka lara maka engkau datang percuma saja; bertahun sudah gumpalan sakit berpuluh sakit sampai ke anak pinak tetaplah meredam sakit, engkau berduyun datang dipenghujung waktu aku tetap saja terkepung)
Banjarbaru, 21 Desember 2009
Ali Syamsudin Arsi
(bila harum dan subur bunga-bunga sekelilingku hanya melahirkan duka lara maka engkau datang percuma saja; bertahun sudah gumpalan sakit berpuluh sakit sampai ke anak pinak tetaplah meredam sakit, engkau berduyun datang di penghujung waktu aku tetap saja terkepung)
ternyata harum bau tanah ternyata subur lapisan bawah tanah
takjua menghilangkan rasa percuma
gegar gempita, hanya untuk sorak-sorai orang-orang yang datang
dari kejauhan
melangkah pasti
sampai ke batas-batas kepunahan
di sini tetap sebagai rumpun-rumpun ilalang yang mati
(bila kemilau dan fuah rahasia itu tak mampu menuntunku ke wilayah-wilayah capaian maka amarah pun membara sampai ke bulu-bulu mata, akulah si Galuh Cempaka, lahir dari mitos-mitos perkampungan di tanah-tanah lubang pendulangan; akulah yang melagukan derap di keheningan hutan-hutan, akulah yang melagukan pikuk di gamang-gamang harapan, akulah yang melagukan riwayat-riwayat perjalanan, akulah yang melagukan kematian raja-raja sampai berlapis-lapis turunan, akulah yang melagukan sihir-sihir percintaan, akulah yang melagukan, akulah; laguku lagu kemilau di lingkaran mahkota raja-raja, laguku lagu cahaya di anggunnya suri-suri penguasa, laguku lagu darah yang membasah di anak tangga setiap tahta istana; akulah yang melagukan, akulah, akulahitu sebagai lagu si Galuh Cempaka)
ternyata kemilau itu tak jua sampai kepada harapan, orang-orang
di lingkaran lubang-lubang galian
ternyata fuah rahasia itu telah ditangkap sebelum harapan, orang-orang
dengan peluh setajam tirak tetap saja berdiri kaku diam tak bergerak
ternyata riwayat dari mitos itu selalu saja menggelinding menjauhi, orang-orang
dengan kepal mengeras di linggangan waktu pun tak pernah berpihak
ternyata banyak riwayat perjalanan tak pernah menuntaskan, orang-orang
terjebak di dalam sulung-sulung bertingkat
ternyata perjalanan darah itu adalah sejarah, orang-orang
saling menatap di bibir lubang surut-lubang dalam jebak lumpur kepunahan
(bila garis lurus ditarik dari Ampar Tikar, Riam Kanan, Mandikapau, Tiwingan, Rantau Bujur, Rantau Alayung, sampai kepada Gompong, Sungai Besar, dan bertemu titik di Awang Bangkal maka adakah geriap di setiap ucap zikir mereka, padahal ada geliat Trisakti melewati batas benua, ada Galuh Cempaka sebagai wujud dari beragam legenda, ada Galuh Bulan bermuasal mimpi kapala lubang, ada Galuh Badu selain bermimpi di arus bening tanah Bati-Bati, ada yang kini terkesima dengan si Putri Malu, mimpi yang terputus dalam igau tidurmu, wahai para pendulang yang duduk termangu, dari dahulu sampai sejarah berulang kini, tetap duduk termangu, bila musim hujan datang menerjang sepi lingkaran linggang-linggang melepas goyang di riak pemisah batu lumpur dan kemiulau sampai berharap sampai berangan, menjauh tangkap dilunas jejak kaki berpijak; sampai desauku di pelepah dahan sampai risauku di rimbun daun, sampai galauku di rimbun tulang; akulah si Galuh Cempaka, asal pungkala sebab darahku meriap sampai di bulu-bulu mata)
lagu hujan di lubang-lubang galian
lagu sangsai para pendulang
sejarah batu melepas mimpi
berangan-harap sampai di gigil tulang
lubang-lubang merekah lubang-lubang luas menganga
sulung-sulung waktu itu melinggis darahku, darah si Galuh Cempaka
nasib yang bertali beban
pundak dan langkah terseret dirunduk ngilu
pusara pusara pusara, tak mampu menepis enyah
pusaka pusaka pusaka, tak mampu menipis resah
lagu-lagudi turunan hujan itu selalu saja
melempar lambai anak-anak gemulai
lalgu-lagu di tikungan hujan itu sama saja
menolak lambai wanita-wanita penunggu belai
lagu-lagu hujan itu, sebagai penanda
riwayat sedih datang berulang
lagu-lagu hujan itu
(bila harum dan subur bunga-bunga sekelilingku hanya melahirkan duka lara maka engkau datang percuma saja; bertahun sidah gumpalan sakit berpuluh sakit sampai ke anak pinak tetaplah meredam sakit, engkau berduyun datang di penghujung waktu aku tetap saja terkepung)
bulu mataku bulu mata si Galuh Cempaka
tiris atap rumahku
tak sebanding kilau melepaskan cahaya
(bila harum dan subur bunga-bunga sekelilingku hanya melahirkan duka lara maka engkau datang percuma saja; bertahun sudah gumpalan sakit berpuluh sakit sampai ke anak pinak tetaplah meredam sakit, engkau berduyun datang dipenghujung waktu aku tetap saja terkepung)
Banjarbaru, 21 Desember 2009
Akses email lebih cepat.
Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! (Gratis)
Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman
Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang!
__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment