Monday, May 25, 2009

RE: [ac-i] Pergelaran Elly Luthan's "GENDARI"




makasih info pentingnya. manarik tampaknya. Elly Luthhan yang karyanya sudah teruji bisa mengajak penari alusan hebat sekelas Sulistyo Tirtokusumo. suwun.
aa


To: artculture-indonesia@yahoogroups.com
From: kumo@gelar.co.id
Date: Thu, 21 May 2009 21:50:19 +0700
Subject: [ac-i] Pergelaran Elly Luthan's "GENDARI"



Elly Luthan's "GENDARI"
Diangkat dari kisah klasik epik Mahabharata

Elly Luthan (koreografer) - Blacius Subono (penata musik) - Deddy Luthan
(penata artistik) - Slamet Rahardjo, Sulistyo Tirtokusumo (penampilan
khusus)

Senin 8 Juni 2009, Gedung Kesenian Jakarta - 19.30 WIB

Koreografer senior Elly D. Luthan, akan menggelar karyanya yang berjudul
GENDARI pada 8 Juni 2009 di Gedung Kesenian Jakarta pukul 19.30 WIB.
Pergelaran ini juga didukung oleh penampilan khusus dari
aktor/dramawan/sutradara kawakan Slamet Rahardjo dan koreografer/penari
klasik papan atas Sulistyo Tirtokusumo. Diperkuat pula oleh Deddy Luthan
sebagai penata artistik, komponis karawitan Blacius Subono sebagai penata
musik, serta para penari sekaligus akademisi jebolan ISI Surakarta dan
murid-murid Elly Luthan di Jakarta dari berbagai kalangan.

GENDARI; SEBUAH PERTANYAAN KRITIS TENTANG PEREMPUAN
Elly Luthan yang senantiasa peduli dengan masalah perempuan, kembali
mengangkat problematika perempuan sebagai tema karyanya. Berangkat dari
naskah klasik Mahabharata, Elly mencoba membedah tokoh GENDARI, ibunda
dari para Kurawa yang dikenal angkara murka. "Salahkah apabila seorang ibu
menginginkan hanya yang terbaik bagi putra-putrinya, apapun caranya?"
menjadi sebuah pertanyaan besar yang ingin dilontarkan Elly kepada publik
sebagai cermin kehidupan kita. Disini, Elly menggaris-bawahi betapa
pentingnya peran seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya. Dan ketika
sang ibu membawa dendam dan kemarahan, maka tertanam pulalah benih
kebencian dalam rahim yang mengayomi benih keturunannya. Meski membesarkan
para Kurawa dengan kasih sayang, tak pelak kebencian dan kemarahan kepada
nasib yang menimpanya berujung pada ambisi untuk mengalahkan Pandawa –
putra-putra Pandu, satria pujaan yang telah menolak cinta Gendari dan
menyerahkan dirinya pada kakaknya yang buta, Destaratra. Naskah klasik
Mahabharata yang diangkat Elly sebagai rujukan cerita ini, tetap terasa
relevan dengan konteks masa kini. Melengkapi karyanya terdahulu yang
mengangkat tokoh KUNTI (ibu para Pandawa) dan DRUPADI (pendamping
Pandawa), Elly merasa perlu untuk mengangkat tokoh antagonis GENDARI –
meski dianggap kurang populer.

KONSEP GARAPAN
Di dalam karya ini, koreografer Elly Luthan mengangkatnya dalam bentuk
total performing arts yang meramu berbagai unsur tari, teater dan musik.
Tari Jawa dalam berbagai format (bedhayan, kiprah, watang, hingga
bentuk-bentuk tari Jawa lainnya), merupakan basis dari garapan ini. Namun
Elly Luthan kemudian menambahkan unsur tari Kalimantan, Minang dan
beberapa gerakan Nusantara lainnya. Unsur teaterpun diolah dengan
menggabungkan dialog verbal dengan dialog tembang. Begitu pula dengan
garapan musik. Komposer yang juga dikenal sebagai dalang kawakan, Blacius
Subono membuat komposisi gamelan Jawa dengan pendekatan avant garde, namun
dengan tetap menyerap komposisi konvensional Jawa.

SINOPSIS
Gendari adalah seorang putri Raja Gandara dari negara Gandarasa. Ia adalah
korban pertaruhan antara adiknya, Harya Sengkuni dengan Pandu Dewanata.
Tatkala sayembara Kunthi pilih, Sengkuni menyerahkan kakak perempuannya –
Dewi Gendari, karena ia tidak bisa merebut Kunthi dari tangan Pandu.
Bersama dengan Dewi Madrim dan Dewi Kunthi, Dewi Gendari diboyong ke
Hastinapura.
Tiba di Hastinapura, harapan untuk mendampingi Pandu-pun pupus tatkala ia
harus menerima kenyataan bahwa Pandu menyerahkan dirinya untuk menjadi
istri kakaknya Drestarasta. Gendari merasa dicampakkan. Cinta yang telah
ia berikan kepada Pandu tidak digubris sama sekali. Cinta itu kemudian
harus ia alihkan ke seorang satria buta yang sama sekali tidak dikenalnya.
Di sebuah malam yang sangat pekat Gendari kemudian melahirkan sebuah
gumpalan darah kental, yang kemudian bercerai berai menjadi seratus
potongan, dan menjelma menjadi bayi Manusia. Seratus orang anak Gendari
tersebut kemudian dikenal dengan nama Kurawa. Ia sangat memanjakan
keseratus anak ini sehingga para Kurawa kemudian tumbuh menjadi anak yang
bermental sangat buruk. Apapun dilakukannya demi kejayaan para Kurawa.
Pada saat Pandu mangkat, tahta untuk sementara diserahkan ke Drestarasta.
Namun Gendari melakukan apapun agar tahta tersebut tidak jatuh ke tangan
siapapun. Gendari menginginkan anak-anaknya menguasai Hastinapura. Gendari
hanyalah seorang ibu yang meninginkan kejayaan anak-anaknya, meskipun
harus mengorbankan para Pandawa.
Namun apa yang dicarinya tetap menemui jalan kesia-siaan. Perang saudara
akhirnya terjadi akibat buah kebencian yang ditanam bertahun-tahun. Kurawa
tumpas. Keseratus kakak beradik itu mati ditangan kelima orang Pandawa.
Tidak ada satu apapun yang tersisa dari para Kurawa. Tahta Hastinapura
kembali ke para Pandawa.
Gendari kembali dalam kesendirian. Drestarasta hanyalah seorang lelaki
yang tidak mampu melihat kenyataan. Diakhir kegelapan hidupnya, Gendari
harus menyaksikan kehancuran ini sendiri. Gendari hanyalah seorang ibu
yang ingin memberikan segalanya untuk anak-anaknya. Gendari juga seorang
perempuan yang mencari ketulusan cinta dari orang yang dikasihinya.
Gendari terus bertanya kenapa ini semua terjadi pada dirinya.

ELLY LUTHAN'S "Gendari"
Elly Luthan koreografer - Blacius Subono penata musik - Deddy Luthan
penata artistik - Slamet Rahardjo, Sulistyo Tirtokusumo penampilan khusus
- Djarot B. Darsono – Inonk Wahyu Widayati – Rambat Yulianingsih - Eko
Supendhi – Herry Suwanto – Achmad Dipoyono – Tri Harjanto – Heru Purwanto
- Tatik Kartini – Dian Damayanti – Resmi Wulansari - Bram Kushardjanto –
Wishnu Prahutomo – Hutomo Djokowijoto – Himawan B.Santoso –Kumoratih
Kushardjanto – Lulu Indroworo - Ira Himawan – Indrawati Dyah – Dewi
Darmokumoro – Nuri Dianlira penari - Githung S. – Gendhut – Budi – Kukuh
– Bagong – Timbul – Mulyono – Anton – Risnandar – Dewi karawitan - Niken
Darmawan – Asri Sajid – Poppel Mulhadi – Roostien Ilyas – Sisca Soewitomo
– Lucie Basuki – Nanies Erwin – Rismia Srikaton – Renee Mulyarini – Bobby
Iwan Asmara - (komunitas HIKSA) pendukung pembuka - Himawan & Ira Himawan
co-produser - Bram & Kumoratih Kushardjanto produser GELAR©2009

Harga tiket : Rp. 200.000,- / Rp. 100.000,- (umum) dan Rp. 50.000,-
(mahasiswa). Informasi tiket hubungi Ira (0816-1351122) / Wanti
(021-7226575)



See all the ways you can stay connected to friends and family

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
New business?

Get new customers.

List your web site

in Yahoo! Search.

Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Yahoo! Groups

Auto Enthusiast Zone

Passionate about cars?

Check out the Auto Enthusiast Zone.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment