Making Love Duel Musik ALEXART vs GIWANG TOPO And Friends Auditorium LIP, 14 Mei 2010 | 19.00 WIB Di Jogja yang berjubel jutaan anak muda dan ratusan band "ganteng", menonton band indie adalah hal yang bisa dibilang biasa-biasa saja. Tidak hanya peristiwa menontonnya yang biasa-biasa saja, tetapi sayangnya musik yang dimainkan pun biasa-biasa saja. Sementara itu, hal yang tidak biasa akan Anda temukan dalam duel MAKING LOVE di Auditorium LIP 14 Mei jam 19.00 WIB mendatang. Ada beberapa hal yang membuat pertunjukan ini layak tonton. Judul acara yang menyebut "duel" ini jelas menunjukkan bahwa akan ada setidak-tidaknya dua kelompok yang akan saling menunjukkan kehebatan masing-masing. Adalah ALEXART, sebuah band indie baru di Jogja yang dikomandani Alex Suhendra, pemuda kelahiran Meski "semau gue" dan tidak peduli dengan Kelompok satu lagi yang akan menandinginya adalah GIWANG TOPO And Friends. Nama ini barangkali belum banyak dikenal. Mereka memang bukan sebuah kelompok band Indie yang sedang mengejar popularitas atau berulah demi memancing lirikan label. Tapi jangan dulu menganggap enteng. Apakah berarti musik mereka "berat"? tidak juga. Dari namanya jelas kelompok ini intinya adalah Giwang Topo yang didukung oleh pemain tambahan lain pada bagian musik. Giwang Topo juga mencipta sendiri lagu-lagunya. Tema yang diangkat lebih kepada tema-tema sosial, potret kemanusiaan dan cinta yang lebih universal. Akibatnya, lagu-lagu Giwang Topo terdengar lebih naratif tetapi dengan balutan musik yang ia sebut sebagai ilustrative rock ini, kita akan seperti mendengarkan puisi kemanusiaan yang sangat menyentuh. Konsep musik ini bukannya mengada-ada atau mengejar beda, karena Giwang Topo memang dibesarkan dalam suasana kerja musik ilustrasi. Sejak tahun 90-an ia aktif dalam berbagai kelompok teater kampus dan independen sebagai ilustrator musik. Juga pada proyek-proyek audio visual di studio PUSKAT. Meski dari segi taste dan soundscape keduanya berbeda, baik ALEXART maupun GIWANG TOPO sama-sama mengalunkan musik dengan sentuhan yang kaya akan emosi. Tidak sekedar menjual susunan chord dan tampang, tetapi keduanya berangkat dari sebuah prinsip bahwa lagu adalah suatu maksud atau perasaan yang dituangkan dalam syair dan nada. Anda akan merasakan bahwa syair dan musik benar-benar menyatu menjadikan lagu-lagu mereka terasa berharga. Mendengarkan lagu-lagu ALEXART atau GIWANG TOPO And Friends, seperti meraih kembali kekayaan musik sebagaimana tahun 80-90-an yang mampu membuat jantung Anda turut bergetar tidak hanya sesaat. Duel mereka ini akan dipermanis dengan kehadiran Chanceria String Kwartet yang terdiri 4 mahasiswa jurusan musik Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk menyaksikan duel musik ini, panitia memberi bandrol tiket seharga Rp 10.000,00. pemesanan tiket bisa dilayani Adib - 085643186242. ALEXART Awalnya adalah Alex Suhendra (vokal) dan Artina (gitar). Sepakat bermusik bersama pada 14 Februari 2009. kemunculan pertama di depan publik mereka lakukan di program Senin Jogja Akustik di Djambur Coffee. Desember 2009 bergabunglah musisi lain Joshua (drum), Dwi Haryanto (Bass) dan kemudian Maday (gitar). Lagu-lagu diciptakan oleh Alex Suhendra yang mengaku banyak dipengaruhi oleh grup-grup lawas seperti Led Zepellin dan Nirvana. Sebagai aktor teater, Alex Suhendra menilai bahwa sebuah band seharusnya memiliki pukauan yang apik sebagaimana sebuah teater yang mampu membuat penonton berpikir dan tidak sekedar menikmati lagu. Beberapa penampilan publik yang perlu dicatat dalam perjalanan ALEXART adalah menjadi juara I dalam Indie Famous #3 di Caesar Cafe (Desember 2009), Jogja Clothing Attack di GOR UNY. ALEXART juga tampil sebagai band pembuka konser GEISHA di Caesar Cafe (2010) dan tampil dalam Carnaval SCTV di Alun-alun utara Jogja 1 Mei 2010. GIWANG TOPO. Lahir di Gunung Kidul 10 April 1974. dibesarkan pada masa kejayaan musik era 90-an. Pernah membentuk band pada tahun 90an dan gagal di tengah jalan. Ia kemudian terjun ke dunia teater melalui Teater Soekma ABA YIPK Jogja. Sejak 1993 – 2000 Giwang Topo terlibat dalam ilustrasi musik untuk banyak pertunjukan teater baik bersama Teater Soekma maupun kelompok lain seperti Teater Gema (STIE Kerjasama), Teater Dokumen (Univ Widya Mataram), Teater ADA (ABA YO, sekarang FSB UTY), Teater Garasi (semasa masih di FISIPOL UGM), Teater Lobby Dua (STPMD APMD) dan sebagainya. Pernah juga bergabung dalam komunitas Sanggar Bambu 97-99. Sejak tahun 2000-2008 ia banyak terlibat dalam proyek-proyek di Studio Audio Visual PUSKAT dan mengerjakan lebih dari 150 musik ilustrasi untuk video-video produksi PUSKAT. Selain itu, Giwang Topo adalah seorang animator freelance untuk program kampanye FAO di Indonesia. Sejak Februari 2010 lalu ia bergabung dengan Dreamlight World Media sebagai petugas Audio Bank dan menyiapkan lab Audio Visual di Rumah Produksi Dreamlight. Giwang Topo meyakini konsep musiknya adalah akustik ilustrative rock. Ia banyak terpengaruh oleh grup-grup seperti Deep Purple, God Bless, Uriah Heep, Yes, Rush dan White Snake. Giwang Topo menggelar mini konser Giwang Topo and Friends bertajuk Kepada Sang Waktu di Lab Seni Pertunjukan UNY pada bulan Mei 2009 dibantu musisi dari Gamblank Musikal Teater. Kali ini GT akan dibantu oleh Juand (gitar), Beni (Drum), Ibnu (Bass) dan Lina (Vokal). SEKOLAH SENI YOGYAKARTA Acting | Sulap | Gamelan | Tembang Jawa | MC Jawa | Skenario Film | Buku Non Fiksi | Biola | Gitar Elektrik. http://sekolahsenij http://dgprojogja. http://www.Jali. http://teatergmt. http://paguyubansle http://jogjateater. |
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment