Arvan Pradiansyah: Tujuan Pendidikan itu Kebahagiaan
------------
---Anwar Holid
Arvan Pradiansyah dan Andrea Hirata mengisi talkshow tentang kemuliaan mengajar berdasar pengalaman mereka dalam menempuh pendidikan.
JAKARTA - Atas kebaikan Arvan Pradiansyah, saya bisa menyaksikan talkshow The Nobility of Teaching: Mukjizat Menulis dan Menjadi Guru yang Bahagia di Hall Senayan City, Jakarta, pada Selasa, 7 April 2009. Acara yang dipadati nyaris dua ribu guru dari sekolah-sekolah di Jakarta Pusat ini menghadirkan dua penulis penuh motivasi, Arvan Pradiansyah sendiri, dan Andrea Hirata, penulis tetralogi Laskar Pelangi. Soraya Haque memandu acara tersebut. Saya baru tahu bahwa gedung semegah Senayan City ternyata memiliki aula yang bisa diubah untuk acara-acara edukatif.
Dibanding Andrea Hirata yang rentang pembicaraannya bolak-balik tentang sekolah dan penulisan, Arvan Pradiansyah lebih banyak terarah pada apa itu kebahagiaan dan seperti apa menjadi guru yang bahagia itu. The 7 Laws of Happiness, buku ke empat Arvan, sudah cukup untuk mengantarkannya semakin dikenal sebagai pembicara publik, ahli SDM, dan penulis buku motivasi bertema manajemen kepemimpinan (leadership) dan manajemen kehidupan (life management).
"Tujuan pendidikan itu kebahagiaan. Ia harusnya bisa melahirkan murid yang bermakna," papar Arvan mengomentari kondisi dunia pendidikan zaman sekarang yang penuh tantangan, apalagi bagi guru. Managing Director Institute for Leadership & Life Management (ILM) ini berpendapat bahwa syarat menjadi guru yang bahagia ialah guru tersebut harus mencintai pekerjaannya. Agar bisa seperti itu, dia mesti punya sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Guru pun mesti bisa belajar dari banyak tanda dan berbagai pihak. Baginya, setiap orang itu diutus Tuhan untuk membawa hikmah, pembelajaran. Orang itu bisa hadir baik untuk mengajarkan maupun menyelaraskan emosi seseorang lainnya.
Pengajaran yang mulia juga berarti bahwa guru menikmati proses menjadi guru. Ini merupakan bentuk dari hukum bahagia pertama, yaitu sabar, dalam pengertian menyatukan pikiran dan badan pada di satu tempat. Karena begitu guru bisa mencurahkan jiwa dan raganya demi murid, demi kelangsungan proses pendidikan sebaik mungkin. Konsep ini tampak mudah diucapkan, sebab persoalan dunia pendidikan memang kompleks. Sikap percaya diri dan bermimpi besar menjadi faktor penting dalam karir guru. "Bila mimpi lebih besar, kesulitan biasanya jadi tampak kecil," persuasinya.
Ini tecermin dari sesi tanya jawab. Perubahan zaman berikut orientasi dan kondisi sosial memaksa orang rela berkorban atau berkompromi demi mendapatkan pengajaran sebaik mungkin, namun itu pun bukannya tanpa jebakan. Secara retorik, Arvan ditanya balik: Bagaimana cara dia memotivasi diri sendiri. Arvan menyebut, salah satunya ialah dengan diet pikiran, yaitu menyaring informasi-informasi yang dikehendaki saja yang boleh masuk dalam pikiran, terutama informasi positif, agar dampaknya pun optimis dan menghasilkan kebaikan. Arvan yakin bahwa kebagiaan diawali dari memilih pikiran yang bahagia.
Meski kini tak lagi mengajar di ruang kelas akademik, Arvan malah melebarkan jangkauan pengajarannya, yaitu di ruang publik, di dunia profesional, dalam pelatihan dan konsultasi yang dia adakan. Dahulu dia sempat mengajar di almamaternya, FISIP UI, selama 13 tahun. Menjelang Pemilu 2009 ini dia menerbitkan buku kepemimpinan berjudul cukup provokatif, Kalau Mau Bahagia, Jangan Jadi Politisi! (Mizan, 130 hal.)
Talkshow ini merupakan kerja sama penerbit Mizan bersama Pemerintah Kota Jakarta Pusat, Telkom Divre II, dan Sampoerna Foundation, difasilitasi Senayan City. Acara diawali ceramah kunci oleh Walikota Jakarta Pusat Sylviana Murni, yang juga memberi kenang-kenangan buku karyanya sendiri.[]
Copyright © 2009 oleh Anwar Holid
KONTAK: wartax@yahoo.
Situs terkait:
http://www.mizan.
http://www.ilm.
http://www.arvanpra
Hubungi Arvan Pradiansyah via http://www.facebook
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment