Pers Realese
TEATER GANDRIK PENTASKAN "KELUARGA TOT"
Naskah: István Örkény
Diterjemahkan oleh Adi Krishna, Sukasah Syahdan, dan Wendy A.G. Bele. Disunting untuk dilakonkan oleh Heru Kesawa Murti dan Agus Noor
Penyutradaraan:
Jujuk Prabowo, Heru Kesawa Murti, Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto, Agus Noor
Penata Musik: Djaduk Ferianto
Pemain:
Susilo Nugroho, Dyah Arum, Jami Atut Tarwiyah, Whani Dharmawan, Heru Kesawa Murti, Djaduk Ferianto, Sepnu Heryanto, Butet Kartaredjasa, Abdilah Yusuf, Rulyani Isfihana, Ferry Ludianto, M Arif Wijayanto, Wahyu Novianto, M Hendra Himawan, dan Yopi Hendrawan
Teater Gandrik Yogyakarta akan mementaskan lakon Keluarga Tot, 17-20 April 2009, ukul20.00 WIB di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Lakon ini kemudian akan dipentaskan lagi di Yogyakarta, 29-30 April 2009, di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta.
"Saya ingatkan dan tegaskan, ya," ujar Butet Kartaredjasa, "Judul lakon ini Keluarga Tot, bukan Keluarga To. Soalnya Kalau Kelaurga To nanti dikira nyindir yang sudah almarhum."
Butet Kartaredjasa mengatakan, proses persiapan sudah berlangsung sejak tiga bulan lalu. "Saya sempat sakit kena deman berdarah saat itu, tetapi proses latihan terus berjalan. Karena pas saya sakit, kebetulan bukan saat penggarapan adegan di mana ada peran saya," jelas Butet. Pada pementasan kali ini, Butet berperan sebagai Profesor Yohanes Cipriani, seorang yang ilmuwan yang eksentrik. Aktor lain yang ikut mendukung adalah Susilo Nugroho (berperan sebagai Lajos Tot), Dyah Arum (Mariska Tot), Heru Kesawa Murti (Mayor), Whani Darmawan (Tukang Pos), Sepnu Heryanto (Tomaji) juga Djaduk Ferianto (Mayor Elegan) yang sekaligus bertindak sebagai penata musiknya.
Lakon Keleuarga Tot adalah lakon dari Hongaria. Lakon ini ditulis oleh István Örkény, pengarang yang boleh dibilang sangat penting di Hongaria. Ini adalah lakon satir yang komikal tentang sebuah masyarakat yang dipaksa menerima sebuah kebenaran atau kenyataan hidup, meski ia tak menyukainya. Oleh banyak kritikus, lakon ini disebut sebagai alegori politik yang cerdas. Lakon ini merupakan "lakon wajib", yang nyaris dipentaskan setiap tahun di Hongaria, dengan berbagai variasi pementasannya. Di pentaskan di gedung-gedung teater standar hingga taman dan jalanan. Bahkan, naskah ini sudah banyak dipentaskan di panggung-panggung teater penting di Eropa dan Amerika, antara lain di Perancis, Belanda, Jerman, Rusia hingga New York. Lakon ini juga telah melanglang hingga ke dataran Asia, seperti Mongolia dan Jepang.
István Örkény (lahir dan meninggal di Budapest, 1912-1979). Keluarga Tot boleh dibilang merupakan salah satu karya agung (masterpeace) yang pernah dihasilkannya. Ia dikenal sebagai penulis yang bergaya satir dalam melihat situasi masyarakat. Beberapa karyanya, antara lain novel dan lakon, seperti, Ocean Dance (1941), One Minute Stories, yang merupakan buku kumpulan cerita paling populer yang dihasilkannya dengan gaya absurd dan grotesque yang khas dirinya. Ia sempat tinggal di Moskow, di lingkungan buruh, dan menuliskan lakon Voronesh, sebelum kemudian ia kembali menetap di Hungaria tahun 1946. Ia kemudian menjadi penulis lakon terpenting Hungaria, ini didibuktikan ketika pada tahun 2004 namanya diabadikan menjadi nama gedung teater di Budapest: Örkeny Theater.
Kenapa Gandrik tertarik mementaskan lakon ini?"Ini adalah naskah realis dengan standar dramaturgi Eropa. Tetapi kami melihat ada kejenakaan dan semangat komikal yang sama sebagaimana lakon-lakon yang biasa dimainkan Gandrik, itulah yang membuat kami tertarik mementaskan lakon ini," kata Butet. "Pilihan naskah itu juga memperlihatkan, bahwa kawan-kawan Gandrik ternyata masih memiliki semangat untuk mencari tantangan baru untuk terus mengembangkan diri. Dalam proses ini kami menjadi seperti berhadapan dengan tantangan baru. Menurut saya ini penting bagi Gandrik, agar ia terus punya semangat untuk berkembang. Dengan lakon realis seperti ini, temen-temen Gandrik punya pengalaman yang berguna bagi proses Gandrik ke depan. Di sisi lain, lakon ini sekaligus juga barangkali akan menyenangkan bagi penonton Gandrik, karena pementasan Gandrik tidak berhenti menjadi sesuatu yang rutin. Dalam proses latihan, kami mencoba mengolah kekuatan naskah realis itu dengan gaya sampakan. Nah, mungkin ini akan bisa dilihat sebagai realisme ala Gandrik"
Sinopsis 'Keluarga Tot'Kisah Keluarga Tot ini berlatar belakang suasana perang yang muram, dengan setting historis Perang Dunia II. Dalam suasana seperti itu, keluarga Lajos Tot kedatangan seorang Mayor, yang ingin menginap di rumahnya. Sang Mayor memerlukan tempat yang nyaman untuk beristirahat. Mau tak mau, Lajos menerima mayor itu, karena Sang Mayor adalah atasan anaknya, yang jadi prajurit dan sedang bertempur. Mariska Tot, sang ibu, berharap agar Mayor itu terkesan dan betah selama masa beristirahat, hingga bisa mempermulus karier anaknya di kemiliteran.
Para tetangga pun diberitahu, dan diminta untuk ikut menerima kedatangan Sang Mayor. Karena Sang mayor memang menginginkan ketenangan: tak boleh ada suara, tak boleh ada keributan sekecil apapun, tak boleh tercium bau-bauan yang tidak menyenangkannya, tak boleh ada warna yang akan membuat sang Mayor gelisah dan marah. Pendeknya, semua orang, harus menyesuaikan kebiasaan sang Mayor. Mereka harus merubah "rutinitas hidup mereka", dan menyesuaikannya dengan kebiasaan Sang Mayor. Kebiasaan jam tidur harus menyesuaikan jam tidur Mayor. Cara mereka menguap, menggeliat, cara mereka makan. Semua harus menyenangkan dan menyesuaikan dengan kebiasaan Mayor. Lajos Tot dan keluarga menjadi asing di rumahnya sendiri, tetapi mereka harus menerima keasingan itu sebagai kenyataan yang harus mereka terima.
"Relevansi tema itu juga menjadi pertimbangan lain, kenapa lakon ini terasa cocok bila dipentaskan Gandrik," jelas Heru Kesawa Murti, "Karna kita hari ini pn sering kali mesti menerima hal-hal yang tidak kita sukai, hidup dalam kondisi yang tidak kita maui, tetapi mau tidak mau kita harus menerimanya."
Nasib Keluarga Tot boleh jadi adalh nasib kita hari ini: yang dipaksa menerima keadaan yang sesungguhnya tidak kita sukai. Poster caleg yang menyebalkan yang setiap hari mesti kita lihat. Para pemimpin yang sibuk minta kita perhatikan sementara tak seupil pun mereka pernah memerhatikan kita. Kita terpaksa mendengarkan apa yang tidak ingin kita dengarkan. Kita menerima keadaan yang rasanya kita tak kuasa menolaknya. Begitulah, lakon ini bisa menjadi satir sosial, tentang masyarakat yang nyaris tanpa pilihan, dan terpaksa menerima keadaan. Kita ini sesungguhnya bagian dari anggota Keluarga Tot itu.
Di Jakarta, lakon itu ditiketkan dengan harga VVIP: Rp.150.000, VIP: Rp. 100.000, Festival: Rp. 50.000. Reservasi tiket bisa dipesan di Tiketbox: Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya No. 71 Jakarta Pusat, Telp. (021) 315 4087, 319 37325. Atau di Jalan Garut No. 10 Menteng Jakarta Pusat, Telp. (021) 314 9425, 391 5012.
Untuk pementasan
di Yogyakarta, tiket bervariasi dari VVIP: Rp. 100.000, VIP: Rp.50.000, Lesehan: Rp.50.000, Festival: Rp.30.000. Di Yogyakarta, tiket bisa di di pesan di tiketbox Taman Budaya Yogyakarta, Jl. Sriwedari No. 1 Telp. (0274) 561 914, Sonora FM (0274) 450 365, 450 364, Yayasan Bagong Kusudiardjo Telp. (0274) 376 394 atau 0813 2817 1688 (dengan Dian atau Ninin), Customer Service Centro di Ambarukmo Plaza Lt. I Telp. (0274) 433 1100, dan Harian Kedaulatan Rakyat, Telp. (0274) 565 685.
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
No comments:
Post a Comment