Tuhan ada karena anda sadar bahwa anda ada. Anda tidak tahu kenapa anda ada, yg anda tahu bahwa anda ada karena anda ada, just that. Karena anda sadar bahwa anda ada, maka anda mencari tahu apa yg membuat anda jadi ada. Secara fisik ya orang tua yg membuat anda, melalui proses persenggamaan 17 tahun ke atas, kecuali bagi Syech Puji dan sejenisnya yg doyan dengan anak perempuan pre menstruasi because rasanya sepet, yg juga cuma asumsi saya saja karena saya sendiri belom pernah nyobain dan tidak mao karena takut akan dihukum oleh Tuhan yg saya sebut Allah. Pedahal Allah itu cuma suatu kata bantu saja untuk menyebutkan bahwa saya ada yg menciptakan. Orang tua menciptakan secara fisik, tetapi jelas bukan menciptakan kesadaran. Saya sadar bahwa saya sadar muncul begitu saja, dan itu bukan dari orang tua kita. Kesadaran kita memang ada karena kita ada. Siapakah kau? Jawab: Aku adalah aku. Itu jawaban yg diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa. Dan itulah jawaban asli yg harusnya diberikan oleh kita yg bertanya kepada diri kita sendiri. Siapakah aku? Jawab: Aku adalah aku. Sebagian orang yg memiliki latar belakang Kejawen ternyata di hati kecilnya tetap penasaran, masih ingin mencari tempat yg katanya ada Semar. Nah, in my opinion tempat Semar adalah di Cakra Ajna atau Cakra Mata Ketiga. Semar adalah simbol dari kesadaran "tinggi" di diri manusia, sama saja seperti Shiva, Kristus, Nur Muhammad, dan Buddha. Karang Tumaritis sebagai desa tempat domisili Semar adalah simbol dari tubuh kita sendiri, dan lurahnya adalah kesadaran kita, yg melihat segalanya dari Cakra Mata Ketiga. Tempat Semar di Cakra Mata Ketiga. Tempat Shiva juga. Tempat Kristus juga. Tempat Nur Muhammad juga. Dan tempat kesadaran Buddha juga. So, Semar = Shiva = Kristus = Nur Muhammad = Kesadaran Buddha. Semar digunakan oleh mereka yg memiliki background Kejawen. Shiva digunakan oleh mereka yg ber-background Hindu. Kristus oleh yg ber-background Kristuen. Nur Muhammad oleh yg ber-background Islam. Sangat sederhana bukan? Truth = Beauty is always simple. Contoh: Presiden RI masa depan adalah yg memiliki visi tentang Indonesia. Visi berarti gambaran tentang apa yg ingin dibawanya bagi Indonesia. Visi itu fungsi dari Cakra Mata Ketiga, Mata Shiva, Semar, Nur Muhammad, Kristus, kesadaran Buddha. Dan pagi ini saya cuma memperoleh "bisikan" bahwa SBY tidak memiliki visi tentang Indonesia masa depan. Cuma itu saja. Kalau mau mendetail, begini tanya jawabnya: T = Kenapa SBY bisa tidak terpilih lagi sebagai presiden? J = Karena SBY tidak memiliki visi. SBY cuma birokrat belaka, tidak beda dengan PNS biasa yg duduk di belakang meja. So, yg bisa maju adalah seseorang yg memiliki visi. Visi itu diberikan oleh Semar yg adanya di dalam kesadaran. Caranya dengan mengucapkan saja apa visinya. Komunikasi adalah fungsi dari Cakra Mata Ketiga, Mata Shiva atau Semar. Makanya segala visi itu harus dikomunikasikan sejelas mungkin. Biarpun norak, harus dikomunikasikan. Punakawan dan Semar adalah simbol dari kelas bawah. Cara bicaranya gaya ngoko, tetapi orang tetap mendengarkan dan bisa mengerti. Dan SBY is too priyayi untuk menjalani peran Semar as well as tidak punya visi karena dia cuma cari selamat dirinya sendiri saja. Mencari keselamatan diri sendiri saja adalah fungsi dari naluri, dan itu lawan dari cakra mata ketiga. Bisa juga dibilang sebagai pelengkap. So, SBY berperan sebagai pelengkap. Kalau sudah dijalani berarti bisa diabaikan. Sekarang giliran visi untuk berbicara dan bekerja. Dan yg punya visi itu manusia yg sadar bahwa ada Semar di dalam kesadaran dirinya sendiri. Bukan di dada, melainkan di Cakra Ajna, itu tempat Semar. Sekian berita pagi dari Karang Tumaritis. T = Maaf, kalau e-mail yg saya kirimkan jadi bersambung seperti ini. Dari tadi (setelah saya membalas surat Abang), saya terus membaca posting-posting yang masuk ke milis. Membaca mengenai tafsir mimpi, politik, gelombang otak, dll. Entah mengapa, saya jadi merasa pertanyaan saya sebelumnya tidak relevan lagi. Seolah-olah saya telah menemukan jawabnya. Walaupun saya belum bisa merumuskan dalam kata-kata. Terutama setelah saya membaca mengenai simbol dan pemaknaannya. Hanya saja pertanyaannya kemudian berubah. Bila Allah yang dikonsepkan dalam agama-agama itu adalah bentuk olah pikir terus bagamana caranya kita menemukan Allah yang menjadi asal pemikiran itu? Atau memang Allah itu tak tersentuh? Memang Abang sudah menjelaskan bahwa melalui kesadaran kita bisa merasakan Allah. Tapi bagaimana caranya? Meditasikah? Sampai sekarang saya belum mengerti meditasi itu yang bagaimana. Boleh jelaskan/ajari saya? J = Karena latar belakang anda Dayak Katolik, maka saya akan memberikan Doa Bapa Kami sebagai alat bantu untuk meditasi. Caranya dengan diam saja, mata setengah tertutup, dan fokus di titik antara kedua alis mata. Lalu ucapkan saja doanya. Doa is mantera, sama saja, cuma alat bantu agar pikiran anda tidak jalan-jalan kemana-mana. T = Terus, saya mulai mengerti mengenai Allah yang ada di diri manusia. Dalam kesadaran manusia. Saya pernah bertengkar urusan itu dengan teman kuliah dulu. Masalahnya dia mengatakan bahwa nenek moyang kami dulu tidak akan diselamatkan karena tidak mengenal Kristus. Saya bantah karena saya percaya bahwa orang Dayak juga telah mengenal Tuhan, hanya saja namanya bukan Yesus, Nur Muhammad, atau Buddha. Dan kalau Kristus itu Tuhan, maka kami juga sudah mengenal Kristus/Tuhan. Entahlah, pas atau tidak secara teologi, saya kurang paham. Sekarang baru saya nemu konsep kesadaran dalam diri manusia itu. Jadi setiap orang berpotensi untuk merasakan hadirat Tuhan Allah itu sendiri. Nah, sampai sini pemikiran saya, saya kembali lagi ke pertanyaan di atas, bagaimana caranya? Bila konsep-konsep yang ditawarkan oleh agama-agama itu tidak mampu mengantarkan kita? T = Caranya dengan diam saja, ikhlas dan pasrah. Ikhlas artinya kita merelakan apa yg telah terjadi, dan pasrah artinya kita mempasrahkan apa yg akan terjadi di masa depan. Akhirnya anda akan menyadari bahwa kesadaran anda itu cuma ada di sini dan saat ini saja. Selalu di sini dan saat ini saja. You are one with God already, and that's as simple as I could say it. Anda bisa merasakan ataupun tidak bisa merasakan is not the point. The point is, your consciousness is God's consciousness. Apa yg anda sebut Allah merupakan proyeksi dari kesadaran anda. Yg asli ada itu kesadaran anda sendiri, dan bukan Allah itu. Bagaimana mungkin anda tidak bisa merasakan bahwa anda sadar? Anda sadar, dan kesadaran andalah yg menciptakan segala impressi itu, termasuk impressi yg dikondisikan oleh berbagai macam konsep, termasuk konsep Allah. Yesus mengajarkan doa begini: Bapa kami yg ada di surga, dimuliakanlah namamu, datanglah kerajaanmu, jadilah kehendakmu di atas bumi seperti di dalam surga, berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yg bersalah kepada kami, dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yg jahat, amin. Doa itu saja anda ulangi, 30 menit setiap kali duduk, dan dua kali setiap hari, pagi dan malam. Lalu anda akan tahu sendiri jawaban dari apa yg anda tanyakan. Kalau jawabannya belum muncul juga, ya anda teruskanlah meditasinya: 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, etc. Meditasi is a life long process, proses yg berjalan seumur hidup. Anda akan mulai meditasi hari ini, dan anda akan meditasi terus sampai hari terakhir hidup anda di dunia ini. Meditasi adalah doa, merasakan bahwa kita satu dengan kesadaran yg kita sebut Allah. Cuma itu saja. T = Ebook "Mencari Tuhan dalam Kesadaran" sudah saya terima dan tersimpan dalam harddisk. Ternyata panjang sekali sehingga sampai sekarang saja belum habis saya baca. Memang banyak hal yang membuat saya terkejut dalam tulisan-tulisan tersebut. Karena itu cukup memakan waktu untuk membacanya sampai habis. Kali ini singkat saja pertanyaan saya. Siapa yang kemudian punya tanggung jawab untuk merumuskan tentang nilai-nilai? Saya pikir hukum saja tidak cukup. Ada terlalu banyak hal yang relatif yang tidak mampu diatur oleh hukum. J = Anda sendirilah yg punya tanggung jawab untuk merumuskan nilai-nilai pribadi anda. Kalau ternyata menurut nilai pribadi anda agama-agama itu tidak bisa lagi memberikan jawaban yg jujur dan anda ingin menjadi orang jujur, maka anda akan bisa memutuskan apakah akan tetap mengikuti agama atau meninggalkannya. Itu nilai bukan? Nilai adalah sesuatu yg anda anggap lebih baik dibandingkan dengan pilihan lainnya. Ada orang yg merasa harus menjaga perasaan orang lain dan tidak mau berbicara jujur karena takut orang lain akan merasa terluka hatinya. Itu nilai juga, dan berlaku bagi orangnya sendiri. Ada juga orang seperti saya yg selalu berbicara apa adanya saja, walaupun saya juga melihat dengan siapa saya berbicara. Kalau orangnya cukup kuat, maka saya akan berbicara apa adanya saja. Kalau orangnya masih lemah, maka saya akan menahan bicara saya. Nilai-nilai pribadi dirumuskan oleh anda sendiri. It's your own life and nobody else's. Tetapi ada juga nilai-nilai kemasyarakatan yg ditentukan oleh kita bersama, dan cara menentukannya melalui proses demokratis. Kita berembug mengemukakan apa yg baik dan tidak baik menurut kita. Kalau berbicara di tempat umum, ya bicara sajalah. Apa yg anda pikir baik, ya ucapkanlah. Apa yg anda pikir tidak baik, ya ucapkan pulalah. Kita tidak perlu takut orang lain akan tersinggung karena kita berbicara apa adanya saja, namanya HAM Kebebasan Berpendapat. Dan, menurut pengalaman saya, cara berbicara dengan transparan dan terbuka di tempat umum merupakan cara paling efektif walaupun tidak dapat dihindari pula akan ada sebagian orang yg memaki-maki karena merasa belief system mereka ternyata cuma merupakan isapan jempol belaka yg patutnya sudah harus ditinggalkan tapi masih tetap terus mereka pegang. Tidak usah takut berbicara atau menulis. Bicara saja, tulis saja. Anda akan belajar sendiri, dan mengerti sendiri. Caranya dengan menjadi diri anda sendiri saja, bicara saja, tulis saja, dan akhirnya anda akan menemukan nilai-nilai mana yg akan bisa anda pakai terus, dan nilai-nilai mana yg akan anda buang karena ternyata isinya penipuan belaka. Banyak dogma dari agama-agama itu isinya penipuan belaka. Bisa digunakan untuk menipu manusia masa lalu, tetapi tidak bisa lagi digunakan untuk menipu kita yg sudah jauh lebih maju dalam tingkat evolusi. Kita sudah jauh lebih tercerahkan dibandingkan dengan mereka yg membuat agama-agama itu. Leo @ Komunitas Spiritual Indonesia <http://groups. |
Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment