UNDANGAN PEMBUKAAN PAMERAN SENI VISUAL Selasa, 12 Mei 2009 | pukul 7 malam Seniman peserta pameran: "GURU OEMAR BAKRIE" Jogja Gallery, Dunia pendidikan di Indonesia, hingga hari ini setelah 64 tahun merdeka, masih dipenuhi dengan persoalan yang berlapis-lapis, antara lain; kurikulum yang harus ditinjau kembali, kualitas guru yang masih dipertanyakan, kekerasan fisik baik yang dilakukan oleh guru mau pun siswa di sekolah, tawuran, fasilitas yang masih minimal, ujian nasional yang kontroversial, undang-undang pendidikan, termasuk BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang menuai protes, biaya sekolah yang mahal, sertifikasi dan kesejahteraan guru yang masih belum jelas, dan sebagainya. Sementara itu semua orang paham, bahwa pendidikan merupakan modal utama untuk membawa sebuah bangsa maju setapak demi setapak. Pendidikan adalah investasi. Bahwa pendidikan mahal itu biasa, masuk akal, dan bisa dimengerti. Persoalannya adalah, bagaimana cara membayarnya, atau siapa yang sanggup membayar, atau siapa yang membiayai. Bahwa guru harus sejahtera, fasilitas sekolah harus memadai, itu semua merupakan keniscayaan. Artinya, di samping sistem yang harus baik dan benar, terkait juga dengan persoalan kesejahteraan masyarakat. Banyak pakar pendidikan sudah bicara dengan berbagai teori dan perspektif. Namun yang terjadi dan tampak hingga hari ini, secara umum, adalah lapis-lapis persoalan yang sudah di sebut sebelumnya. Karena itu, lagu karya Iwan Fals, berjudul "Guru Oemar Bakri" terus terngiang di ingatan kita semua. Meski pun syair lagu itu fokusnya lebih pada 'nasib guru' yang setia dan penuh komitmen, namun tampak 'ringsek' di depan situasi hari ini, termasuk situasi 'kualitas siswa' yang menyedihkan. Tentu saja hal itu merupakan pandangan yang menggeneralisasikan kenyataan. Karena fakta di lapangan, banyak juga bisa ditemukan situasi yang 'ideal', baik yang terkait dengan guru, siswa, sekolah, fasilitas, dan kualitas. Tentu saja, yang demikian ini menjadi keharusan. Artinya, jika hari ini masih terdapat banyak kenyataan yang tidak ideal, pasti ada yang salah – salah urus, salah asuh, salah persepsi, salah ajar, salah kepemimpinan, dan lain-lainnya – yang harus dikatakan dengan jujur, demi masa depan yang lebih baik. Dengan latar belakang semacam itu, maka Jogja Gallery akan menyelenggarakan Pameran Seni Visual, bertujuan sebagai "penghormatan" kepada dunia pendidikan, kepada para pendidik (guru), juga sebagai upaya pembacaan terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Tajuk "Guru Oemar Bakri" – yang diambil dari lirik lagu gubahan musisi Iwan Fals – dan lirik lagu 'Hymne Guru', notabene merupakan lagu wajib nasional yang makin pupus di ingatan; diharapkan dapat merangsang gagasan dan kreativitas para perupa yang diundang. Pameran ini dihasratkan sebagai media untuk melihat lapis-lapis kenyataan itu dengan pendekatan seni, khususnya seni rupa. Para perupa diharapkan, dengan segala "kecerdasannya", "kenakalannya", dan "sensitivitasnya" dapat menemukan 'bahasa dan bentuk' yang menggugah dan memberikan pencerahan bagi banyak orang. Segala cara pandang atau pendekatan itu, diharapkan tetap berbasis pada upaya "penghormatan", "cinta", dengan segenap "sikap kritis". Bukankah seniman pada dasarnya adalah saksi, pencatat, dan pewarta atas segala peristiwa pada zamannya, agar masyarakat luas tercerahkan? (Suwarno Wisetrotomo, Konseptor). NUNUK AMBARWATI [ m ] +62 81 827 7073 [ e+ym ] qnansha@yahoo. [ fs ] www.friendster. |
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment