Risky Summerbee & the Honeythief akan menggelar karya karya mereka yang sudah terkemas dalam album mereka "The Place I Wanna Go" produksi Dialectic Recordings/Demajors, di Prost Beer House Kemang Jakarta 11 Mei 2009 pukul 20:00.
Kelompok asal Jogajakarta ini merilis albumnya yang bermaterikan 11 komposisi bulan February lalu dan saatnya sekarang publik Jakarta bisa menikmati performance mereka secara live. Risky Summerbee & the Honeythief yang beranggotakan Risky Summerbee (vokal/gitar/piano), Erwin Zubiyan (Gitar/keyboard), Nadya Hatta (piano/keyboard), Doni Kurniawan (Bass) dan Sevri Hadi (drums) dalam berkarya tidak berpatok pada genre tertentu akan tetapi memulainya dengan gagasan. Alhasil, album mereka yang dipenuhi dengan spirit experimental (melakukan eksperimen antara mereka) menjadi beragam, seperti nuansa psychedelic dalam "With You" dan "Flight to Amsterdam", sentuhan blues dalam "The Place I Wanna Go", balada rock n roll seperti "Slap n Kiss" serta tarikan folk "Fireflies" dan "On a Bus".
Walau tidak dalam keseluruhan lagu dalam album, content sosial menjadi bahasan yang menarik dalam kelompok ini seperti pengamatan sosial urban Indonesia dalam "On a Bus", atau parody kisah kaum rural pinggiran dalam "I Walk the Country Mile" serta lagu "Flight to Amsterdam" yang mengisahkan kematian seorang pejuang hak asasi manusia (Munir).
Kelompok musik yang juga dikenal dengan project interdisiplinernya - seperti berkolaborasi dengan Slamet Gundono dalam "Memoirs of Gandari" (2007), dengan teater Garasi dalam "Jejalan" (2008), dan dengan sutradara teater kontemporer asal Belanda Corrina Manara dalam naskah Anton Chekov "Camar" (2008) - kali ini memang melepaskan atribut interdisplinernya dan hanya menyuguhkan musik mereka sebagai output kreativitasnya, yang menurut majalah Trax edisi April 2009 disebut sebagai salah satu Album referensi musik berkualitas di Indonesia.
Showcase Risky Summerbee & the Honeythief pada tanggal 11 Mei nanti juga akan didukung oleh kelompok Bangkutaman dan Zeke & the Popo. Sebuah konser menarik yang diorganisir oleh Prost Beer House Kemang dan Black Hole entertainment, yang bermaterikan musik progresif Risky Summerbee & the Honeythief. Performance live dari sebuah album kerjasama dialectic Recordings dan Demajors.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Sebuah hibrida musik yang rasanya berat untuk kuping pop,tapi toh kreativitas semacam
Ini tak sepantasnya dihindari.Karena album "The Place I wannaGo" yang dirilis kelompok Risky Summerbee & The Honeythief layak untuk diapresiasi,Meskipun saya tak tahu mengapa sang konseptor utama kelompok ini Risky Summerbee begitu terobsesi ingin menjadi Londoner ? Cara bertutur,ekspresi vokal dan pelbagai elemen pendukung musiknya sangat menyiratkan ke arah itu.Sebelas lagu yang termaktub di albuim ini,semuanya ditulis dalam bahasa Inggeris.
Walau terkadang dibeberapa bagian lagu Risky seolah tak kuasa juga untuk mernyuspkan pengaruh musik tradisi tempat dia dilahirkan : Indonesia.Simaklah komposisi bertajuk "I Walk The Country Mile",Risky menyeluspkan rhythm Jawa lewat tiruan ritme Gamelan dengan struktur nada pentatonik.Dia memang tak bermaksud bergenit-genit atau upaya sok eksotik untuk memukau penyimak musik dari belahan bumi sana.Tapi seolah sebuah spontanitas.Nuansa Jawa ini menggeletar bersamaaan dengan gaya sub-genre RIO (Rock In Oposition) seperti yang diusung grup seperti Henry Cow misalnya.
Penyuka rock progresif pasti akan bergirang jika mernyimak track-track pungkasan album ini seperti "The Seagull" yang kuat karakter rock progresifnya.Tak jelas apakah Risky pernah melumuri kupingnya dengan torehan-torehan Robert Fripp dengan King Crimson-nya.
Dan penyuka geletar psychedellia pun terwakili lewat komposisi komposisi seperti "Flight To Amsterdam" atau "The Place I Wanna Go".Corak petikan gitar hingga susupan organ Hammond yang menjejal di kedua lagu ini menyiratkan bahwa Risky memang tengah terseret arus pschedelic yang di era 60-an kabarnya merupakan pengejawantahan ritual mind expanding yang trippy.
Dan lagu "Flight To Amsterdam" menjadi kian berkilau karena ternyata makna yang ditakwilkan dari barisan larik lagunya yang metaforik itu tengah bertutur tentang tragedi mengerikan yang dialami aktivis kemanusiaan Munir dalam perjalanan terbang ke Amsterdam. Busana arransemen yang dijelujur Risky seoalh menjadikan kita tengah dalam sebuah perjalanan penerbangan. Permaianan Hammond Nadya di bagian introduksi serta kian menggelegak pada bagian interlude mengingatkan kita pada absurditas organ Ray Manzarek dari The Doors.Lirik lagunya bahkan memintal quote tajuk dari dua lagu The Beatles :Lucy In The Sky With Diamond dan Magical Mystery Tour .
Risky pun tak urung mengimbuh dua lagu dengan pengaruh folk rocvk yang kuat dalam "Fireflies" maupun "On A Bus" yang membidik lanskap sosial.Bayangan Robert Zimmerman a.k.a Bob Dylan mencuat manakala menyimak lagu ini.Risky mencoba berminimalis lewat "Make It Print of Me" yang kontemplatif.
Risky mengakui banyak terpengaruh pada idiom musik pop yang menggelegak antara tahun 1966-1974,yang oleh sementara orang sering disebut sebagai era emas musik pop dunia.Dia menyimak The Beatles,Them,Traffic,Pink Floyd hingga Paul Weller yang pernah mengukir nama lewat The Jam maupun Style Council.
Denny Sakrie (dalam Multiply Rumah Musik Denny Sakrie)
Chat online and in real-time with friends and family!
Windows Live Messenger
See all the ways you can stay connected
to friends and family
No comments:
Post a Comment