"Menyaksikan Tarian Sakral Bedhaya Ketawang Dari Dekat"
Program ini diselenggarakan oleh GELAR dan JDFI - Jaringan Delta Female Indonesia, bekerjasama dengan Keraton Surakarta.
Pada bulan Juli mendatang, Gelar mengajak teman-teman pencinta seni budaya Indonesia untuk bergabung dalam Cultural Trip (II) menyaksikan secara langsung dari dekat tarian sakral "Bedhaya Ketawang" dalam peringatan ulang tahun penobatan raja (tingalan jumenengan) di Keraton Surakarta. Karena tarian sakral ini hanya ditarikan pada saat-saat tertentu, maka kesempatan yang diberikan Keraton Surakarta ini merupakan kesempatan yang langka. Tentunya, dalam cultural trip ini, seluruh peserta diharuskan untuk mengenakan pakaian adat sesuai dengan peraturan yang berlaku di Keraton. Unik, bukan? Dengan menjadi bagian dari budaya setempat, para peserta akan mendapatkan pengalaman travelling yang tak terlupakan sepanjang masa. Berwisata sebagai turis mungkin bukan sesuatu yang baru. Namun akan lain halnya ketika kita juga sekaligus menjadi tamu kerajaan Jawa, dan mendapat kesempatan untuk 'mengintip' apa dibalik tembok keraton yang tertutup. Selain menyaksikan ritual Bedhaya Ketawang, peserta juga akan diajak berkeliling kota Solo untuk mencicipi eksotika kulinernya, berbelanja pernak-pernik antik maupun batik, dan masih banyak lagi.
Sekilas Tentang Bedhaya Ketawang
Tari bedhaya dipercaya sebagai ciptaan Sultan Agung Mataram yang bertahta pada awal abad ke 17. Tarian ini dikategorikan sebagai tarian yang paling sakral dalam keraton-keraton Jawa Tengah, dan hanya ditarikan pada momen-momen tertentu yang dianggap penting, seperti penobatan raja. Hingga kini, bedhaya merupakan tarian yang tidak diperkenankan untuk disaksikan sembarang orang, kecuali keluarga/kerabat raja, abdi dalem, atau tamu resmi keraton.
Bedhaya merupakan tarian yang penuh dengan simbolisme dari nilai-nilai budaya Jawa, dan ditarikan oleh 9 gadis perawan yang merupakan simbol dari 9 lubang nafsu yang terdapat pada manusia. Dengan durasi yang lama, sekitar 120 menit, tarian ini menjadi wahana meditasi bagi sang raja maupunpara kerabat dan abdi dalem keraton. Karena gerakannya yang anggun, perlahan dan penuh intensitas, bedhaya sering disebut-sebut sebagai puncak pencapaian tertinggi dalam tari klasik Jawa khususnya putri. Karena selain dituntut kemampuan teknis tari yang matang, dibutuhkan stamina yang tinggi.
Yang terkeramat dari semua tarian bedhaya adalah ketawang yang hingga kini selalu ditarikan pada peringatan penobatan raja. Ritual untuk menggelar tarian ini cukup panjang. Satu minggu menjelang pergelaran, seluruh penari diwajibkan berpuasa, melakukan meditasi, dan dipingit. Mitos yang hingga kini dipercaya adalah, bedhaya merupakan tarian yang melambangkan pertemuan/perkawina
Seluruh hadirin yang menyaksikan bedhaya ketawang diwajibkan untuk mengenakan busana tradisional Jawa dengan aturan-aturan khusus - tanpa terkecuali - bahkan tamu resmi keraton sekalipun.
Jadwal Perjalanan :
Hari 1 : Jakarta-Solo, Ndalem Wuryoningratan, Museum Batik.
Hari 2 : Keraton Surakarta mengikuti upacara Tingalan Jumenengan (ulang tahun penobatan raja) PB XIII, menyaksikan Bedhaya Ketawang, mencicipi kuliner Solo Hardjo Bestik, mengintip pergelaran wayang kulit klasik, mencicipi kuliner tengah malam Gudeg Cakar Margoyudan.
Hari 3 : Sarapan Soto pagi hari, berburu barang antik di Pasar Triwindu atau berbelanja batik di Pasar Klewer, mencicipi kuliner Solo, berbelanja oleh-oleh khas Solo, Solo-Jakarta.
Informasi lebih lanjut hubungi : Wanti 021-7226575 (Senin-Jumat 08.00 17.00 WIB)
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment