LAMONGAN, KOMPAS.com--Bupati Lamongan, Masfuk, membentuk tim beranggotakan sejumlah budayawan dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) guna menelusuri sejarah Patih Gajah Mada di Lamongan.
Penelusuran ini bertujuan untuk membuktikan adanya bukti otentik bahwa Gajah Mada berasal dari Lamongan.
"Selama ini ada daerah yang berani mengklaim Gajah Mada milik daerah tersebut, padahal tidak demikian," kata Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Administrasi Lamongan, Aris Wibawa, Rabu.
Bukti eksistensi Gajah Mada di Lamongan ini sebelumnya telah dibahas dalam seminar dan Rembug Budaya di Ruang Sabha Dyaksa, Pemkab Lamongan.
Menurut Budayawan Lamongan, Viddy AD Daery, ada sejumlah cerita rakyat (folklore) yang umum dikisahkan di wilayah pedalaman Lamongan mengenai keberadaan patih yang terkenal dengan Sumpah Palapanya tersebut.
Cerita rakyat itu menuturkan bahwa Gajah Mada adalah anak kelahiran Desa Mada (sekarang Kecamatan Modo/Lamongan), dimana di era Kerajaan Majapahit, wilayah Lamongan bernama Pamotan.
Berdasar cerita rakyat itu pula, tutur Viddy, Gajah Mada adalah anak Raja Majapahit secara tidak sah (istilahnya Lembu Peteng atau Anak Haram) dengan gadis cantik anak seorang Demung (Kepala Desa) Kali Lanang, anak itu dinamai Joko Modo atau jejaka dari Desa Mada, yang diperkirakan kelahirannya sekitar tahun 1300.
Selanjutnya oleh kakek Gajah Mada yang bernama Empu Mada, Joko Modo dibawa hijrah ke Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang, wilayah yang lebih dekat dengan Biluluk, salah satu Pakuwon di Pamotan, benteng Majapahit di wilayah utara, sementara benteng utama berada di Pakuwon Tenggulun, Kecamatan Solokuro.
Salah satu bukti fisik bahwa Gajah Mada lahir di Lamongan adalah adanya situs kuburan ibunda Gajah Mada di Desa Ngimbang, yang menurut kepercayaan setempat, situs yang sampai sekarang masih ada itu masih dikeramatkan oleh sebagian warga.
"Anak muda bernama kecil Joko Modo, berbadan tegap, jago kanuragan, serta berilmu tinggi didikan Empu Mada itulah yang kemudian disebut sebagai Gajah Mada, yang kemudian diterima menjadi anggota Pasukan Bhayangkara (pasukan elit pengawal raja) di era Prabu Jayanegara," kata Viddy yang juga menuliskan keterangannya itu lewat sebuah buku.
Viddy kemudian memberi analisisnya mengenai bukti hubungan Gajah Mada dan Lamongan.
Ia mengemukakan, prestasi pertama Gajah Mada adalah menyelamatkan Jayanegara yang hendak dibunuh Ra Kuti, pemberontak yang tidak lain adalah Patih Kerajaan Majapahit sendiri.
Gajah Mada melarikan Prabu Jayanegara ke Desa Badander (sekarang masuk wilayah Bojonegoro) di wilayah Pamotan.
Saat itu pangkat Gajah Mada yang diperkirakan baru berusia 19 tahun sudah naik menjadi Pimpinan Pengawal Raja (Bhekel Bhayangkara).
Sumber : Ant
No comments:
Post a Comment