membaca kuncoroningrat kembali, kita disegarkan lagi akan betapa nisbinya nasionalisme, atau bahwa pada akhirnya, betapa melatanya manusia di bumi yang hanya satu ini saja.
manusia pertama di indonesia hadir di tanah sunda, kira kira sejuta tahun yang lalu, kata buku kuncoroningrat itu.
dalam statemen sains seperti itu, kita dengan mudah meluaskannya ke dalam suatu pertanyaan: kapankah manusia pertama itu hadir di dunia?
kalau kita sebut manusia, maka pikiran kita segera ditarik tarik ke dalam dua narasi besar: narasi tuhan yang datang melalui kitab suci, dan narasi besar yang datang atau dibuat oleh orang orang seperti darwin misalnya.
atau bukan darwin: tapi mengandung aspek evolusi.
sangat mungkin ada evolusi itu: kenyataan manusia indonesia tumbuh dalam setidaknya soal bahasa: oe menjadi u - aspek evolusi yang bisa kita luaskan dalam segenap aspeknya kalau kita bicara tentang manusia.
tapi soalnya menjadi pelik, ketika sains tidak mau berpegang dengan informasi yang datang dari kitab suci. sedang pembuktian empirik adalah seolah teka teki yang datang dan pergi: kapan kapan pengetahuan akan dibantah oleh pengetahuan lain.
saya sendiri percaya bahwa manusia pertama itu sudah hadir dalam keadaan sempurna: dia sudah pandai berbicara, dan mengenal nama nama benda dengan amat baik. ini dibuktikan dari dialog aneh di kawasan langit itu. aneh, karena mengandung segenap unsur dekonstruksi dala tiap wacana kaum pemikir bahasa itu.
sebutkan nama nama ini, adam, kata tuhan, akan sebuah isyarat kesempurnaan bentuk dan wujud manusia itu. dan adam menyebutkan nama nama benda itu dengan amat baiknya.
jadi bahasa tak merangkak dalam situasi yang tak berdaya, situasi di mana orang mungkin membayangkan aaa akan takutnya hati melihat harimau dalam rimba saat mungkin masih berdiam dan bergelantungan di atas pohon. lalu aaa itu bergerak dan menjadi aku saat komunitas manusia sudah membangun dan terikat secara sosial.
ataukah hendak kita katakan: kita menafsir suatu nama nama benda yang disebutkan adam itu datang juga dari proses pembelajaran. bahwa momen dialog aneh itu tak berlangsung dalam sekejap, tapi hanya puncak gunung esa saja, di mana di bawahnya telah terjadi pembelajaran yang luar biasa atas manusia bernama adam itu. sampai dia pandai dan dengan baik menyebutkan nama nama itu.
keduanya mungkin saja. tapi yang pasti saat adam dan hawa itu turun ke dunia, saat itulah bahasa itu terputus dan orang pun menjadi sederhana kembali.
alangkah berat nya tugas ilmu paleontologi: menemukan mata rantai yang putus dalam skala ratusan juta tahun itu.
tapi alangkah menarik dan penuh misterinya. menarik dan penuh misteri bagi para saintis dengan bidangnya masing masing, bergerak mencari dan menemukan bukti bukti empirik dari tiap aspek kesemuanya itu.
bahasa turun secara genetik melalui darah adam dan hawa yang menyembur ke dalam darah darah anak dan cucu cucunya - kita ini. sehingga ia bisa dan pandai berbicara.
***
kalau orang pertama itu hadir di tanah sunda, lalu seriring retaknya tanah yang kita pijak menjadi dan membentuk pulau pulau, maka di sanalah aspek yang bisa diangkut oleh sebuah nasionalisme yang fanatik: betapa semua itu hanyalah manusia yang menjalar saja tapi tetap manusia.
bahwa untuk apa kita ngotot berkata ini milikku dan itu milikmu. karena kenyataannya ini dan itu itu adalah ini dan itu itu dari ini dan itu itu yang sama.
pada awal mulanya hanya adam dan hawa.
pada awal mulanya hanya tuhan semata lalu meretak jadi seisi dunia - universe itu. kelak segalanya seolah gelas yang pecah di mana pecahannya menjadi beling gelas kembali.
begitukah? entah. banyak soal yang kita tak tahu jawabnya. soal yang membuat kita tertawa kecil dan terseyum senyum.
masam dan senang kecut dan besar hati.
mari kita senyum.
hem hem hem
hu hi
hihihi
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment