Saturday, June 27, 2009

[ac-i] kesederhanaan; belajar dari arsitektur mario botta dan puisi nenden lilis



kesederhanaan; belajar dari arsitektur mario botta dan puisi nenden lilis

Share
Tuesday, June 23, 2009 at 5:12pm

nenden lilis
kerikil

akhirnya, tinggal kerikil di hatiku
dan rasa linu jari-jari yang dicongkel kukunya
bertahun-tahun mengingatmu, hanya mengundang
kesedihan seseorang yang menimba air
di sumur kering yang tua
di hening malam derit katrolnya kian terasa

tapi masih juga kakakanmu menggemaung
menepikan angin
lalu lama bernuni di gelap dadaku
memperdengarkan kepuasaan seseorang
yang mengulur dan menarik tali
pada tangan yang tak kau sempatkan meraihnya

ada sereset bambu di ulu tenggorokan
yang ingin kuteriakkan agar kau dengar
sebelum lebih dalam menggoresi pita suaraku
dan membuatnya berdarah
-----------------------------------

nenden lilis : kesederhanaan berbahasa

puisi di atas, yang saya jadikan pembuka catatan ini, adalah karya penyair nenden lilis yang saya ambil dari catatan hudan hidayat. konon menurut catatan tersebut, puisi ini `sepertinya' adalah gambaran perasaan kehilangan seorang istri, nenden lilis, setelah meninggalnya sang suami, benny yang juga penyair. tapi hudan hidayat tidak sedang mengumbar kesedihan ketika mengangkat puisi ini dalam catatannya. dia membedah puisi ini dari tinjauan sastra. sastrawan yang menulis tentang karya sastra.

sastrawan, seperti juga arsitek, sejatinya adalah seniman di ranah yang berbeda. orang-orang ini berkutat dengan kata dan bahasa. materialnya kata, tekhniknya bahasa. tidak pernah saya berhenti kagum pada orang-orang yang disebut sastrawan ini. mereka bisa memotret realitas sekaligus membangun realitas baru dalam tulisannya dan mengurung kita di dalamnya. hanya bermodal imajinasi dan alat tulis yang bisa dibeli di warung sebelah <walaupun sekarang hampir semua penulis sudah menjinjing komputer kemana-mana>. pelukis masih memerlukan tambahan elemen warna untuk membangun karyanya. pemusik butuh suara dan tentu saja alat-alat penghasil suara itu. arsitek ? hahaha ... jangan dibandingkan ! kita masih butuh sejuta material untuk mewujudkan desain yang kita buat. walaupun tentu dalam bahasa yang lebih sederhana, kita, arsitek, terikat pada elemen yang disebut guna. cukuplah dengan perbandingan-perbandingan itu, toh tiap bidang pekerjaan punya kelebihan sendiri-sendiri <setidaknya, arsitek masih lebih laris daripada sastrawan. hehehe ...>

apa yang ingin saya angkat ketika mengutip puisi nenden lilis adalah kesederhanaannya. sastrawan yang hanya punya material kata itu pun sebenarnya menghadapi godaan yang sama dengan arsitek. godaan untuk berlebih-lebihan. ornamentasi kita menyebutnya, metafora <mungkin> mereka menyebutnya. lihatlah bait pertama dari puisi kerikil itu. saya menyebutnya `bait kesepian.' nenden lilis berusaha menggambarkan kesepian yang menghampirinya, bukan sekedar berbicara bahwa dia merasa kesepian setelah suaminya tiada. kenyataan yang dihadapinya dibenturkannya pada realita suasana di kampung, mungkin kampungnya sendiri, dengan `... menimba air di sumur ...' pilihan katanya pun tidak bertele-tele.'... derit katrolnya kian terasa.' `derit' adalah salah satu varian dari kata `suara' yang dikeluarkan benda mati saat digerakkan, seperti `dentang' pada lonceng gereja atau `denting' pada dawai gitar. tapi `derit' lebih terasa menggigit, lebih menghimpit. seperti pintu yang lama tidak dilumasi dan dibuka paksa. sepi yang menghimpit ini kan yang sebenarnya ingin digambarkan oleh nenden lilis ? cermat sekali dalam memilih material.

bait kedua adalah `bait kenangan.' di sini kecerdasan nenden lilis sebagai penyair lebih jelas terlihat. `tapi masih juga kakakanmu menggemaung.' `kakakanmu' menurut hudan hidayat merujuk pada tawa yang tergelak-gelak. mungkin dari kata `ngakak,' tertawa terbahak-bahak.'menggemaung' mungkin dari kata `gema' dan `gaung.' teman-teman yang sealmamater dengan saya tentu masih ingat poster besar di studio ijo <dulu, entah dimana sekarang> dengan latar belakang foto dari detail sambungan yang dibuat yb mangunwijaya, romo yang rendah hati itu. saya hanya ingat sepotong kata yang menjadi ilustrasi foto tersebut, `material lama dengan tekhnik yang baru ...' material lama juga yang digarap oleh nenden lilis <ngakak, gema, gaung> yang kemudian padanya dikenakan tekhnik yang baru sehingga menghasilkan material yang baru pula, `kakakanmu' dan `menggemaung' itu tadi.

bait ketiga adalah `bait penderitaan.' tidak perlu berlama-lama di sini. hudan hidayat tidak sedang mengumbar kesedihan ketika membuat catatannya. saya pun tidak. cukuplah saya katakan bahwa bait itu adalah ledakan dari dua bait di atasnya, puncak dari semuanya, penutup yang manis.

`ada sereset bambu di ulu tenggorokan ... menggoresi pita suaraku dan membuatnya berdarah.'

mario botta : kesederhanaan berarsitektur

arsitek tidak bisa bermuram-muram seperti sastrawan. arsitek adalah pesta, adalah perayaan. ada pesta ketika material seperti pasir, batu, dan semen mulai didatangkan ke site. jauh sebelumnya, arsitek memerlukan untuk mengundang bangunan di sekitarnya, lingkungan, untuk ikut berpesta. mencari pembenaran kontekstual. mencari, bukan mencari-cari tentunya.

mario botta adalah arsitek dari swiss. lahir pada tanggal 1 april 1943 dan tinggal di ticino, selatan swiss. gedung-gedung yang dibangun berdasarkan desainnya sangat khas. botta banget, kata anak muda sekarang. kuat dalam bentukan geometris, elemen garis yang dominan, dan – yang saya suka – setia pada material batu bata. konon menurut markus zahnd <mantan dosen saya yang orang swiss itu>, di tempat tinggal mario botta, di selatan swiss sana, memang banyak sekali material batu bata. lalu timbul pertanyaan pada saya, adakah mario botta juga sedang membenturkan desain-desainnya pada kenangan akan kampung halamannya ? mungkin. mungkin mario botta sedang ingin mengurung kita dalam realitas yang dia ciptakan. realita tentang kenangan akan kampung halamannya. usaha yang kemudian, menurut saya, menemukan bentuknya dalam kesetiaan pada material batu bata. material yang sederhana <apalagi di indonesia sini> dan tidak bertele-tele.

sebagai arsitek, mario botta tidak sekali-kali meninggalkan kewajibannya. kewajiban untuk memberikan sesuatu yang baru <'architecture that has more to offer'> kewajiban yang kemudian diwujudkan dalam detail-detailnya yang luar biasa. sebenarnya tidak juga luar biasa. hanya menata batu bata dalam formasi sedemikian rupa dan membuatnya pantas untuk disebut `luar biasa.' sayang sekali saya tidak mendapatkan gambar yang menunjukkan detail pemasangan batu bata ala mario botta. sayang sekali. tapi bisalah saya ceritakan bahwa mario botta membuat susunan bata sedemikian rupa sehingga fasad dinding interior gedung desainnya menjadi berbeda. dia menyusun batu bata itu dan menciptakan lubang-lubang yang bagus sekali. satu saja yang bisa saya dapat hanyalah mosaik yesus kristus. ada yang lebih luar biasa. sungguh. ah, sayang sekali. begitupun, memandangi eksterior bangunan botta ini saya rasa kita bisa kagum juga pada bentukan geometrisnya. elemen garis yang begitu dominan. siapa yang tidak mengenal teori dasar arsitektur : titik menjadi garis lalu bidang lalu ruang ? meter lalu meter per segi lalu meter kubik ? sebuah upaya untuk mengenakan tekhnik baru pada material yang lama.

sebagai penutup dari pesta arsitekturnya, mario botta membuat bukaan-bukaan yang juga tidak kalah luar biasa dengan `sereset bambu di ulu tenggorokan.' lubang yang begitu mencolok di tengah bangunan, lubang yang menegaskan simetri pada bangunannya. simetri yang dimulai dari marcus vitruvius dan beranak pinak pada corbu, mies, wright, gehry, gaudy, ando, juga im pei.

tapi sehebat apapun, tidak ada orang yang bisa lepas dari kritik. tidak nenden lilis, tidak juga mario botta. nenden lilis, tidak tahulah saya tentang kritik yang ditujukan padanya. sekilas saja saya pernah membaca kritik, tidak langsung padanya, yang menyebut bahwa menulis puisi tentang kesedihan atau kematian jauh lebih mudah daripada menangkap keceriaan dari udara dan menuliskannya menjadi puisi. mario botta sendiri dikritik sebagai arsitek yang gigantis. karya-karyanya selalu monumental, selain dari ukurannya yang memang raksasa juga karena upayanya untuk tetap setia pada material batu bata, menjadikan karya-karyanya terlepas dari konteks lingkungannya. gagal membuat dialog dengan sekitarnya, terlupa mengundang tetangganya berpesta.
----------------------------------------------------------
- end of note -

san fransisco museum of modern art 1
samsung museum of art 1
petra winery 1
church of mogno 1
san fransisco museum of modern art 2
samsung museum of art 3
church of mogno 2
church of santo volto 3
Written on Tuesday · Comment · LikeUnlike · Report Note
You, Yuswan Taufiq and 2 others like this.
Yuswan Taufiq and 2 others like this.
Hudanosch HudanHudanosch
Yuswan TaufiqYuswan
Amik KoofeeAmik
Theresia SudartiTheresia

Sondang Eva Betty Lg at 8:01am June 24
bagussssssssssssss banget..

Yuswan Taufiq at 2:36am June 26
houw houww...sungguh senangnya, memahami dgn dalam tentang arsitektur dan jg tenyang sastra..
Paduan yg sama2 bermodalkan pengolahan rasa...
*maaf saia nylonong mas Cepi*

Hudanosch Hudan at 1:42pm June 28
esai bagus ini saya ambil dan saya kirimkan dulu ke milis kini ya. benar kan keyakinan yang tak kukatakan: kalau kalau hilang masih ada di milis. maka saya sering posting ke milis karena itulah antara lainnya.
Write a comment...

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Ads on Yahoo!

Learn more now.

Reach customers

searching for you.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Find support for

Mental illnesses

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment