http://salihara. Sebuah pertujukan dari Grup Teater Terbaik Indonesia tahun 2008 versi majalah Tempo. Teater Satu Lampung mempersembahkan "Aruk Gugat". Catatan Proses Kreatif "Aruk Gugat" Lakon "Aruk Gugat" adalah sebuah eksperimen panjang yang telah dimulai Teater Satu Lampung sejak tahun 1998. Bermula dari sebuah diskusi kecil yang menggagas tentang hubungan teater (pertunjukan) dengan penonton. Lalu berkembanglah pertanyaan-pertanya Pertanyaan itu berlanjut pada upaya memeriksa kembali seluruh pertunjukan yang pernah dipentaskan Teater Satu dan bagaimana reaksi penonton terhadapnya. Dari studi kecil-kecilan itu, diperoleh data bahwa sebuah repertoar kecil Teater Satu yang bertajuk "Warahan Aruk Gugat" yang pernah dimainkan pada tahun 1996, adalah salah satu pertunjukan yang paling mungkin bisa meladeni—bukan menjawab—pertanyaan-pertanya Penciptaan repertoar "Warahan Aruk Gugat" ini bersumber dari sastra lisan Lampung yang disebut "Warahan", yakni salah satu bentuk sastra tutur yang berfungsi sama seperti dongeng. Warahan inilah yang oleh sebagian besar pelaku seni dan peneliti di Lampung disebut sebagai bentuk teater rakyat Lampung. Namun, di dalamnya belum ada kelengkapan unsur-unsur pertunjukan seperti halnya yang terdapat di dalam Ludruk, Ketoprak, Mahyong, Mamanda, dan lain-lain. Warahan masih terbatas pada ada seorang pencerita dan ada cerita yang disampaikan yang biasanya berisi nasihat, sindiran, pesan. Dalam menyampaikan ceritanya, Pewarah atau Pencerita menembangkan seluruh cerita dengan iringan musik gambus. Seorang Pewarah biasanya mampu menghafal 20 sampai 100 bait cerita. Dari sumber-sumber penciptaan seperti itulah, "Warahan Aruk Gugat" dikembangkan—bukan diposisikan dalam bentuknya sebagai dongeng—melainkan kemungkinan- Hingga saat ini, setelah lebih dari 10 tahun Teater Satu berupaya terus menerus memeriksa dan mengembangkan bentuk pertunjukan Warahan, telah dilakukan lebih dari 70 kali pertunjukan dengan cerita dan bentuk pertunjukan yang berbeda-beda. Namun, sampai saat ini, unsur-unsur artistik pertunjukan yang tetap dipertahankan adalah; kesederhanaan bentuk, plot, dan karakterisasi tokoh utama yakni Aruk, yang tetap setia pada ekspresinya sebgai "SANDIWARA KAMPUNG". Kami menamakannya Sandiwara Kampung karena repertoar "Warahan Aruk Gugat" memang diniatkan menjadi pertunjukan yang bisa meladeni segala bentuk ruang dan bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja; khususnya di Indonesia. Di mana hal-hal yang naif, kampungan, dan segala kategori yang selama ini dianggap sebagai "sisi gelap" dalam perkembangan "ke-ber-adaban" masyarakat (setidaknya dalam persepsi kita yang biasa hidup di wilayah perkotaan) justru dihidangkan. Samasekali bukan untuk meraih semacam simpati atau pemakluman, melainkan untuk diperiksa kembali. Dan pertunjukan di Komunitas Salihara ini adalah bentuk garapan terbaru dari semua pertunjukan yang sudah dipentaskan sebelumnya. Aruk Gugat adalah upaya Teater Satu untuk memeriksa kembali "ke-kampungan", yang ada dalam lingkungan sosial kami, sistem politik, budaya, dan terutama dalam diri kami sendiri, sambil terus mengupayakannya menjadi pertunjukan yang—bila mungkin—bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya. Iswadi Pratama Sutradara Sinopsis Aruk adalah seorang anak yatim yang jujur, namun malas dan bodoh. Aruk diharapkan mampu mengangkat kembali harkat dan martabat keluarga yang telah hancur sejak kematian sang ayah. Maka, Emak pun menitipkan Aruk di rumah pamannya, Sirajudin bergelar Pangeran Si Angan-Angan yang kelak akan mendidik Aruk dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal hidup. Aruk mengawali kariernya di bidang militer. Namun ia dikeluarkan, karena menolak mengikuti ujian menembak. Alasan Aruk: jika ia pandai menembak maka nanti akan menembak siapa saja. Gagal jadi prajurit, Aruk berkerja sebagai nelayan. Kali ini ia gagal lagi karena tak pandai menangkap ikan; setiap ia melihat laut, Aruk berhayal menjadi kapten kapal perang. Kemudian Aruk mencoba menjadi pengarang. Namun hanya beberapa kali karyanya dimuat di surat kabar lokal, setelah itu tak satu pun karyanya dimuat karena semua ceritanya tentang ikan. Gagal sebagai pengarang, Aruk mencalonkan diri sebagai pamong. Berbekal pengaruh pamannya di masyarakat, Aruk berhasil mendapatkan kedudukan itu. Namun, sejak itu juga tak satu pun warganya yang mau menghadiri rapat desa. Aruk frustrasi dan memanggil seluruh warga untuk menyaksikan pengunduran dirinya. Semua kegagalan itu meledakkan amarah Aruk. Ia pun menggugat segala sesuatu yang dianggapnya makin brengsek dan tak memberi kesempatan sedikit pun untuk kejujuran dan kepolosan. Ia menggugat karena sistem sosial, politik, kebudayaan, ekonomi, hanya memberi tempat yang layak bagi para penipu. Teater Satu Teater Satu didirikan pada 18 Oktober 1996. Sebagian besar anggota berasal dari pelajar, mahasiswa, masyarakat umum, dan para pekerja seni yang berusia antara 16-50 tahun. Sejak berdiri hingga saat ini telah mementaskan lebih dari 50 pertunjukan lakon yang ditulis oleh pengarang Indonesia maupun luar negeri seperti Lysistrata karya Aristophanes, Umang-Umang, Kapai-Kapai, Prita Isteri Kita, Kisah Cinta dan Lain-lain, Pada Suatu Hari, karya Almarhum Arifin C. Noor, Waiting for Godot karya Samuel Beckett, Antigone karya Jean Anouilh, Perempuan di Titik Nol, karya Nawal El Saadawi (Adaptasi Sitok Srengenge), Bumi Manusia Novel karya Pramoedya Ananta Toer (Adaptasi Faiza Marzoeki). Tiga kali mendapat program Hibah Seni Yayasan Kelola (tahun 2002, 2004, dan 2009). Meraih GKJ Award tahun 2003 dalam ajang Festival Teater Alternatif Indonesia untuk kategori Naskah Terbaik I, Sutradara Terbaik III, Grup Terbaik III, dan Aktris Terbaik ke-II melalui lakon Nostalgia Sebuah Kota karya/sutradara Iswadi Pratama. Prestasi terakhir: dinobatkan sebagai Grup Teater Terbaik Indonesia tahun 2008 versi majalah Tempo melalui pertunjukan Perempuan di Titik Nol dalam Festival Salihara 2008. Tim Produksi Aruk Gugat: Pemain: Sugianto, Hendri Batin, Romly, Ruth Marini, Hamidah, Deri Efwanto, Imas Sobariah, Rarai Masae, Budi Laksana, Ibnu A. Murad, Nersalya Renata, Yansen, Rendi M.C, Baysa Deni, Desi, Laras, Vita, Penata Artistik: Ahmad Jusmar, Penata Musik: Budi Laksana, Penata Kostum dan Make-Up: Ibnu A Murad, Set dan Properti: Deri Efwanto, Asep Budiman, Manajer: Imas Sobariah, Sutradara/Penulis: Iswadi Pratama. Pementasan teater Aruk Gugat ini akan diselenggarakan di Teater Salihara pada hari Jumat-Sabtu, 19-20 Juni 2009 pukul 20:00 WIB. Tiket seharga Rp 50.000,- (dan Rp 25.000,- khusus untuk Pelajar/Mahasiswa) dapat diperoleh langsung di Komunitas Salihara, atau reservasi melalui Natalie 0817-077-1913, Tiko 021-9619-2632, atau secara online melalui www.salihara. Sampai bertemu di Komunitas Salihara! Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Telepon: 021-789-1202. (Tempat parkir terbatas.) |
Cepat, Bebas Iklan, Kapasitas Tanpa Batas - Dengan Yahoo! Mail Anda bisa mendapatkan semuanya.
__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment