Thursday, June 11, 2009

[ac-i] Pementasan "Aruk Gugat" oleh Teater Satu, Lampung, di Teater Salihara


Juni 2009 - Teater Satu.jpg

Aruk adalah seorang anak yatim yang jujur, namun malas dan bodoh. Aruk diharapkan mampu mengangkat kembali harkat dan martabat keluarga yang telah hancur sejak kematian sang ayah. Maka, Emak pun menitipkan Aruk di rumah pamannya, Sirajudin bergelar Pangeran Si Angan-Angan yang kelak akan mendidik Aruk dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal hidup.


Aruk mengawali kariernya di bidang militer. Namun ia dikeluarkan, karena menolak mengikuti ujian menembak. Alasan Aruk: jika ia pandai menembak maka nanti akan menembak siapa saja. Gagal jadi prajurit, Aruk berkerja sebagai nelayan. Kali ini ia gagal lagi karena tak pandai menangkap ikan; setiap ia melihat laut, Aruk berhayal menjadi kapten kapal perang. Kemudian Aruk mencoba menjadi pengarang. Namun hanya beberapa kali karyanya dimuat di surat kabar lokal, setelah itu tak satu pun karyanya dimuat karena semua ceritanya tentang ikan. Gagal sebagai pengarang, Aruk mencalonkan diri sebagai pamong. Berbekal pengaruh pamannya di masyarakat, Aruk berhasil mendapatkan kedudukan itu.  Namun, sejak itu juga tak satu pun warganya yang mau menghadiri rapat desa. Aruk frustrasi dan memanggil seluruh warga untuk menyaksikan pengunduran dirinya. Semua kegagalan itu meledakkan amarah Aruk. Ia pun menggugat segala sesuatu yang dianggapnya makin brengsek dan tak memberi kesempatan sedikit pun untuk kejujuran dan kepolosan. Ia menggugat karena sistem sosial, politik, kebudayaan, ekonomi, hanya memberi tempat yang layak bagi para penipu.


Teater Satu didirikan pada 18 Oktober 1996. Sebagian besar anggota berasal dari pelajar, mahasiswa, masyarakat umum, dan para pekerja seni yang berusia antara 16-50 tahun. Sejak berdiri hingga saat ini telah mementaskan lebih dari 50 pertunjukan lakon yang ditulis oleh pengarang Indonesia maupun luar negeri seperti Lysistrata karya Aristophanes, Umang-Umang, Kapai-Kapai, Prita Isteri Kita, Kisah Cinta dan Lain-lain, Pada Suatu Hari, karya Almarhum Arifin C. Noor, Waiting for Godot karya Samuel Beckett, Antigone karya Jean Anouilh, Perempuan di Titik Nol, karya Nawal El Saadawi (Adaptasi Sitok Srengenge), Bumi Manusia Novel karya Pramoedya Ananta Toer (Adaptasi Faiza Marzoeki). Tiga kali mendapat  program Hibah Seni Yayasan Kelola (tahun 2002, 2004, dan 2009). Meraih GKJ Award tahun 2003 dalam ajang Festival Teater Alternatif Indonesia untuk kategori Naskah Terbaik I, Sutradara Terbaik III, Grup Terbaik III, dan Aktris Terbaik ke-II melalui lakon Nostalgia Sebuah Kota karya/sutradara Iswadi Pratama.  Prestasi terakhir: dinobatkan sebagai Grup Teater Terbaik Indonesia tahun 2008 versi majalah Tempo melalui pertunjukan Perempuan di Titik Nol dalam Festival Salihara 2008.

Pementasan teater Aruk Gugat ini akan diselenggarakan di Teater Salihara pada hari Jumat-Sabtu, 19-20 Juni 2009 pukul 20:00 WIB. Tiket seharga Rp 50.000,- (dan Rp 25.000,- khusus untuk Pelajar/Mahasiswa) dapat diperoleh langsung di Komunitas Salihara, atau reservasi melalui Natalie 0817-077-1913, Tiko 021-9619-2632, atau secara online melalui www.salihara.org.

Sampai bertemu di Komunitas Salihara!

Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Telepon: 021-789-1202.
(Tempat parkir terbatas.)
Salihara - Peta Lokasi (kecil).jpg


No comments:

Post a Comment