PERAIH HIBAH SENI YAYASAN SENI KELOLA PENTAS TEATER EMBRIO SATU LAWAN SATU NASKAH ;WINSA TAMAN BUDAYA NUSA TENGGARA BARAT JL.MAJAPAHIT MATARAM 9-14 JUNI 2009 PUKUL 20.00 WITA TEATER EMBRIO Teater Embrio Lombok meniti kerja teater teater sejak 2000, sungguhpun secara non- resmi sebagai grup telah dimulai jauh hari sebelumnya. Setidaknya telah beberapa lakon dihasilkan, al: Insomnia (Sony Karsono, 2000-2008), Malam Jahanam (Motinggo Busye, 2006), Petang Di Taman (Iwan Simatupang, 2007), Dukun Palsu (Moliere "Dokter Gadungan", 2008), dan kali ini Satu Lawan Satu (Winsa, 2009). Sampai pada tataran saat ini, memilih lakon-lakon komedi sebagai medan ekspresinya. Tentu atas pertimbangan dan wacana tertentu yang jadi alasan. Soal kapan akan beranjak bergantung pada jejak yang dilalui, pada terminal yang disinggahi, dan pada muara yang dituju. Perlu waktu sudah tentu! Teater Embrio tempat siapa saja yang bersemangat berteater untuk menjadikan dirinya embrio bagi tumbuh dan dewasa di hari kemudian. Pun publik (sahabat kita) yang selama ini ber-kesempatan hadir, terharap demikian pula. Sedang dalam proses mempersiapkan karya, Embrio Lombok lebih mengedepankan efektifitas kerja serta efisiensi waktu. Dan coba hindari "kebiasaan berteater" berlarut-larut di udara kosong. Analisis dan diskusi pun seperlu fokus yang dibutuhkan sehingga titik bidik jadi pasti dan tidak terjebak pada "kegagahan sok diskutif". Pokoknya, berteater itu biasa-biasa saja. Sederhana saja. Toh, asal sungguh- sungguh sepenuh tulus semogalah ketemu hamparan mulus. WINSA (Sutradara) Berteater dimulai ketika kelas 2 SMA (1983) bersama Teater Sabar Semarang. Lalu belajar secara akademik di Jurusan Teater prog.study Dramaturgi ISI Yogyakarta (1985-1992). Selama di kota budaya sempat bergabung dengan Teater Aksara dan Teater Skala Yogya. Awal di teater sebagai aktor dan pembaca puisi yang tetap dilakoni sampai sekarangi sebelum merambah ke ranah penyutradaraan. Telah puluhan lakon naskah standar sempat dimainkan dan belasan kali menggelar pentas baca puisi tunggal. Untuk yang disebut terakhir 'segala medan' pernah dijejaki, dari medan perkampungan, birokrasi, aktifitas sosial, kesehatan, lingkungan hidup, bahkan di pesta pernikahan, dll. Acapkali pula melantangkan puisi di arena partai politik. Lahir 16 Mei 1965 di Semarang. Sejak awal 1995 'me-Lombok' dan awal 2000 membikin Teater Embrio dengan pentas perdana "Insomnia" (monolog dari cerpen Sony Karsono). Selanjutnya "Malam Jahanam" Motinggo Busye, "Petang Di Taman" Iwan Simatupang, "Dukun Palsu" (Dokter Gadungan) Moliere, dan yang kini (2009) tengah digelar "Satu Lawan Satu" Winsa. Selama di di Mataram pernah bergabung di Bengkel Aktor Mataram, Sanggar Apresiasi, Teater TotiMori, Teater Kamar, dan Teater Lho. Juga menulis puisi, nakah dan artikel yang disebar ke beberapa media cetak. Kesibukan lain sebagai Stage Manager Taman Budaya NTB serta penyelenggara beberapa pergelaran seni pertunjukan. Kini bersama keluarga: Anna, Indie, Biru, Jingga, dan Mbak Ayok tinggal di Lingkungan Punia Saba. Tepatnya di Jl. Abd. Kadir Munsyi, Gg. Dahlia 12 Mataram. PENGGALAN NASKAH Naskah Teater SATU LAWAN SATU Naskah: Winsa diangkat, diilhami dan dikembangkan dari cerita teater tradisional Sasak-Lombok KEMIDI RUDAT INTRODUCTION Musik: mengiringi tari dan lagu Tari dan nyanyi rudat oleh PARA PEMUSIK dan/atau PARA PEMAIN. Selamat malam. Selamat berjumpa Kami datang kami datang ke hadapan Anda sekalian Ijinkanlah, kami hibur dengan cerita Hanya sederhana. Sederhana Mudah-mudahan bisa diterima Maafkanlah. Maafkanlah diri kami Semua tingkah, semua kata yang kurang berkenan di hati. ADEGAN I Setting: Sebuah Tempat. Musik: Iringan tari nuansa mesra Adegan diawali dengan gerak (tarian) PARASINDAH dengan BAKTI TERUNA yang menggambarkan percintaan. Tergambar pula pertentangan antara keduanya yang dikarenakan BAKTI TERUNA berpamitan hendak pergi meninggalkan sang kekasih. PARASINDAH menolak dan kurang bisa menerima kenyaataan ini. PARSINDAH dan BAKTI TERUNA memadu kasih. Tetapi wajah PARASINDAH tampak murung karena hendak ditinggalkan oleh kekasihnya. PARASINDAH : (bernyanyi) Namaku adalah Parasindah (koor: he he he he he) Si gadis desa wajah cantik Diri menarik dan juga cerdas BAKTI TERUNA : (bernyanyi) Namaku adalah Bakti Teruna (koor: he he he he he) Seorang pemuda cukup tampan Sikap sopan dan berwibawa PARASINDAH : Wahai kakanda! BAKTI TERUNA : Duhai adinda! PARASINDAH : Kekasih pujaan, kenapa tega hendak meninggalkanku? Apa cinta telah mulai kehilangan cahayanya? Apa kesetiaan yang selama ini mekar telah mulai layu? BAKTI TERUNA : Duhai dinda, kekasih idaman. Siapa yang akan tega meninggalkanmu? Seperti dirimu, akupun bakal tak tahan menyimpan rasa rindu. Tetapi mengertilah, kali ini terpaksa aku harus pergi, demi mempersiapkan bekal hidup di masa depan. PARASINDAH : (kesal) Masa depan! Berdua kita bisa merajutnya di sini. BAKTI TERUNA : Lho, ini lain! PARASINDAH : Sama saja! Masa depan menjadi pasti kalau bisa melewati hari ini. BAKTI TERUNA : (bergumam pada diri sendiri) Bener juga! (sesaat kemudian) Apa kau tidak ingin hidup kita kelak bahagia? PARASINDAH : Jelas ingin, dong! Cuma orang aneh bin ajaib yang tidak ingin bahagia. BAKTI TERUNA : Makanya...! PARASINDAH : (memotong) Makanya jangan pergi! BAKTI TERUNA : Pergi! PARASINDAH : Jangan pergi! BAKTI TERUNA : Pergi! PARASINDAH : Jangan pergi! BAKTI TERUNA (bernyanyi) : Aku pergi tak 'kan lama. Hanya satu hari saja. Sribu tahun tak lama. Hanya sekejap saja. Kita 'kan berjumpa pula. Dindaku cantik sekali Jangan kau bersedih hati Relakan kanda pergi Bahagia esok hari Agar kita hidup berseri |
__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment