Salam Budaya! Dewan Kesenian Surabaya mempersembahkan 'Dongeng Pancasila' yang akan dibawakan oleh sutradara film, Garin Nugroho, dan musisi, Franky Sahilatua, secara bersamaan di atas satu panggung. Acara ini terbuka untuk umum dan gratis pada hari Senin, 15 Juni 2009, mulai pukul 19.00 hingga 22.00,di Gedung Cak Durasim, Jl. Gentengkali 85 Surabaya. 'Dongeng Pancasila' diharapkan menjadi salah satu alternatif cara berkomunikasi dalam memberikan pendidikan kewarganegaraan kepada masyarakat. Terlebih, di tengah hiruk pikuk momen Pemilu dan Pilpres seperti saat ini---ketika masyarakat politik terkikis oleh politik uang, citra, konsumerisme dan kekuasaan itu sendiri---yang justru semakin membuat masyarakat tak cukup respek pada nilai dasar seperti Pancasila karena hanya dianggap sebagai dongeng belaka. Untuk itu, Garin Nugroho telah menyiapkan 14 cerita dongeng berisi pesan-pesan kebangsaan yang akan dibawakan dengan cerdas dan menarik dalam durasi 120 menit. Dia akan mengisahkan Pancasila lewat dongeng dengan kisah-kisah sederhana, seperti kisah Soekarno, Marcopollo, Tanah Damai dan Perang, dan lain sebagainya. Di tengah dongeng, Franky Sahilatua akan mendendangkan syair-syair lagunya yang dikenal sarat dengan tema sosial kemasyarakatan yang selama ini kerap dimainkan di panggung-panggung musik non-komersial. Pada setiap lagu yang dimainkan Franky itu, Garin akan mengajak hadirin mendengarkan dongeng demi dongeng sesuai dengan tema lagu tersebut. Nilai kebangsaan dikomunikasikan berdasarkan perjalanan kedua sosok seniman ini lewat dongeng. Sebuah dongeng gabungan antara visi, pengalaman, emosi, empati dan cara berpihak terhadap masalah-masalah masyarakat. Demikian siaran pers ini sekaligus sebagai undangan peliputan. a/n Dewan Kesenian Surabaya Hanif Nashrullah |
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment