Today at 5:30am | Edit Note | Delete
4 hours ago · Comment · LikeUnlike · Show Feedback (23)Hide Feedback (23)
You, Amik Koofee, Ping Homeric, Anastasja Rina and 2 others like this.
Amik Koofee, Ping Homeric, Anastasja Rina and 2 others like this.
Hudanosch HudanHudanosch Amik KoofeeAmik Ping HomericPing Anastasja RinaAnastasja Yuswan TaufiqYuswan Kurniawan YuniantoKurniawan
Hudanosch Hudan at 1:20am July 3
saya lebih bahagia berpikir sendiri ketimbang memikirkan pikiran orang lain (bukan karya kreatif sastra orang lain). sebabnya sederhana: bahan bakunya telanjang di depan mata kita. yakni manusia dan dunia.
memang ada perbedaan yang lebih bersifat tehnis antara ilmu alam dan ilmu humaniora. dalam ilmu alam pasti orang seperti saya tidak dapat berpikir sendiri. sebab harus memiliki alat bantu, tehnologi (yang juga adalah hasil pikiran) misalnya. tanpa teropong bintang bagaimana kita bisa memikirkan ikan dalam sungai.
sejujurnya dalam berpikir saya tidak ingin mengikuti kawan kawan saya di negeri ini, sibuk memikirkan pikiran orang lain tanpa mempunyai kejelasan dan keutuhan pikiran mereka sendiri. bahkan saya sudah terbiasa atau dari jiwa pemberontak saya sendiri untuk selalu mengikuti pemikiran terbalik. terbalik dari pikiran manusia bahkan saya balikkan juga dari pikiran tuhan atas dunia.
saya tahu ada pemikiran tuhan dalam kitab suci itu yang normatif, yang untuk mengertinya kita harus menerobos maknanya. itu yang saya maksudkan dengan berpikir terbalik itu, atau yang saya sebut saya balikkan juga dari pikiran tuhan. bahwa tuhan memberi umpan sedang dan umpan tinggi di dalam kitab suci. dan saya hendak meraih dan mendaki umpan tuhan yang tinggi, yang tidak ada jalan kecuali menerobos "pikiran sedang" tuhan yang banyak dipeluk oleh mereka yang datang dari pikiran formal. singkatnya, surat atau ayat yang belum tersentuh oleh tafsir.
padahal seperti kata tuhan itu sendiri: kalau kamu sanggup menembus langit maka tembuslah. dan langit tuhan ada dua. yakni langit semesta (universe) dan langitnya dalam kitab suci. bahwa kitab suci itu adalah langit tuhan yang bertingkat tingkat. dan bahwa orang biasa, seperti ilmuwan biasa, sering berpikir standar standar saja, tak menggunakan fasilitas yang telah diberikan tuhan untuk sampai ke puncaknya.
salah satu pikiran tuhan yang langitnya sedang itu adalah misalnya kalau kita mencuri maka hukumannya adalah potong tangan. mencuri lagi potong tangan lagi. begitulah sampai seseorang kehilangan tangan dan kakinya karena tak pernah bisa berhenti mencuri. dan begitulah kalau seandainya kita tak melakukan tafsir atas apa yang menjadi ayat yang memang tersebut dengan tegas ini: potonglah tangan para pencuri. akibatnya seseorang itu pun mati tak bisa mencari nafkah lagi lalu kufur, atau mati benaran. dan tak mungkin tuhan mengukum mahluknya sendiri sampai mati.
karena tuhan itu maha rasional, dan rasionalitas itulah berarti tafsir: kita harus mengkaji mengapa seseorang mencuri, mengkajinya dalam konteks dalam orang itu dan dalam konteks luar orang itu, yang mungkin keluarga, tetangga, masyarakat bahkan negara.
dengan kajian semacam itu maka ayat tegas potong tangan itu mungkin bisa dihindarkan, kalau kita tak mau berkata pasti bisa dihindarkan.
penerobosan inilah yang memerlukan imajinasi, dan imajinasi inilah yang telah diajarkan oleh tuhan itu sendiri. pertama diajarkannya melalui tulisannya yang maha besar yakni dunia ini sendiri. dunia dan segenap isinya. adalah tulisan tuhan. adalah teks besar tuhan yang bisa kita rujukkan dengan segenap pengertian teks yang dibuat manusia. teks maha besar tuhan atau tulisan maha besar tuhan, yang tak satu pun teks kecil manusia bisa menandinginya. teks yang ada isinya, ada susunannya, dan ada totalitas korelatif semantik dunia dan semantik benda benda (aha lihat saya sudah menemukan istilah baru lagi: semantik benda benda).
pandanglah alam ini maka isi, susunan, dan totalitas alam, adalah hakekat dari ilmu teks itu sendiri. yakni ilmu teks tuhan yang telah dipatrikannya, dipakukannya ke dalam universe ini.
untuk karena itulah saya malas berpikir dengan pikiran orang lain. orang lain dalam bahasa apapun. karena saya bisa memikirkan alam seperti orang lain memikirkan alam. tentu saja saya membaca pikiran orang lain itu. saya membacanya sejauh menarik perhatian saya. bahkan kadang tak saya baca benar tapi saya raba raba bukunya. saya kira kira saja apa isinya seolah saya menebak nebak buah manggis dalam bahasa. dan saya pun langsung tahu apa isinya dalam pengertian tahu apa intinya.
tapi tidak lalu karena saya membacanya maka tidak bisa tidak saya harus bersandar padanya. bahwa tanpa sandaran kepadanya saya tak mampu berpikir sendiri. tak mampu melihat makna dan hakekat karya sastra misalnya.
saya bisa melihatnya dengan baik dan bahkan menyeretnya ke dalam suatu pemaknaan yang bahkan tak ditemukan oleh orang yang berilmu sastra misalnya. karena ilmu sastra itu dalam totalitas hidup hanyalah satu jalan saja dari banyak jalan yang disediakan tuhan. bahwa teori yang dibuat manusia lain pun hanya suatu jalan, di samping jalan lainnya. dan bahkan untuk melihat semua itu kita bisa dan sebenarnya kita harus mencari jalan sendiri - kata lain dari teori sendiri. sebab mencari ini harus kita tempatkan dalam suatu dunia yang sedang berelasi dalam suatu permainan wacana, saya menganggapnya.
permainan yang kalau kita letakkan dalam perjalanan suatu bangsa, adalah suatu permainan di mana bangsa bangsa lain sudah ratusan tahun mendominasi kita, bahkan memaksa kita. kolonialisme kata orang. imperialisme kata orang. dan dalam penempatan seperti itu sebenarnya negeri ini harus bangkit. bangkit bukan mengambil batu dan lalu melemparkan batu itu ke negeri orang lain. tapi bangit mengambil batu untuk menyamakan batu negeri kita sendiri dengan batu yang datang dari negeri orang lain.
kita bangkit untuk memakan kita sendiri.
batu bangsa kita sendiri.
dan itulah game itu.
itulah permainan wacana itu. tentu saja ilmu itu berkembang tidak terputus. setidaknya dari sudut bahasa. di sana lambang a sama dengan di sini lambang a nya. hanya suara yang keluarnya saja yang lain. tapi aksaranya sama. sama sama bertanda a, atau b, atau c, dan seterusnya. bahkan di cina dan di jepang bukan a seperti itu atau b seperti itu. tapi hanya tarikan garis yang dipalang palangkan.
lagi pula kalau kita sambil sesekali melihat pikiran orang lain lalu kita mulai mengacukan pikiran kita kepada tuhan melalui tulisannya yang maha besar ini, itu bukan pekerjaan semacam orang yang malas berpikir atau apalagi katak dalam tempurung. sama sekali bukan. mengapa? karena di jaman waw di sana orang pun berpikir atas dasar alam. orang memandang alam lalu orang berpikir lalu muncullah filsafat, ilmu pengetahuan dan kemudian tehnologi itu.
karena itu mengapa kita di sini tak melakukan seperti itu pula yakni dengan langsung memandang alam, belajar bersama alam tentang teks yang dituliskan itu. mengapa harus sibuk memikirkan pikiran orang lain. memang tak terasa kita sudah sibuk memikirkan pikiran orang lain. kita tak terasa tiba tiba kita kehilangan pikiran kita sendiri, karena telah ditumpangkan kepada pikiran orang lain. konsepnya dan bahasanya.
benar memang kita tak sepenuhnya bisa menghindar. setidaknya dalam pemakaian bahasa itu. seperti saya bilang tadi walau lingua franga kita sendiri yang lambangnya datang dari orang lain: aksaranya itu.
tapi cukup. kita harus menciptakan istilah kita sendiri, dengan bahasa kita sendiri dan terutama dengan masalah kita sendiri. misalnya dalam bidang saya, yakni sastra, kita harus memikirkan sastra kita sendiri. mencari istilah kita sendiri. lebih khusus lagi di bidang sastra di mana kita sedang menulis ini. yakni medium sastra facebook. sebagai bagian yang baru tumbuh dari sastra indonesia yang luas.
itulah pokok pikiran saya itu. bukan pokok yang arogan atau hendak menghina ilmu pengetahuan.
tapi hendak mencari jalan sendiri. dan jalan itu adalah melalui imajinasi. imajinasi akan alam dan kalau alam maka kita pasti kembali ke tuhan. sebabnya niscaya dari suatu puncak hukum sebab akibatnya alam itu sendiri: ada sebab ada akibat. diakibatkan apa alam ini, begitu. tak mungkin disebabkan oleh ia tumbuh sendiri.
kalau disebabkan ia tumbuh sendiri maka salah satu hukum ilmu pastilah rontok. yakni dinamik itu. causalitas itu. tak ada causalitas itu berhenti pada puncaknya. hanya ada di ranah yang lebih sederhana. sebab akibat itu naik terus sampai mengatasi dunia. baru berhenti kepada pencipta dunia yakni tuhan. tapi benarkah ia hanya berhenti sampai kepada tuhan. bagaimana kalau kelak ternyata ada tuhan lagi di atas tuhan. bahwa informasi tuhan itu hanya seolah di dunia intel: di mana hanya sebagian saja atau malah dikit saja yang disampaikan kepada kita. siapa yang bisa menjamin bahwa tuhan tidak bersambungan. bahwa ada tuhan menurut kita suci yang kita kenal tapi sebenarnya masih ada bosnya lagi. nah siapa bos tuhan ini? berapa lapis lagi. apakah berhenti hanya setelah tuhan dan tuhan - bos tuhan itu.
silakan kita menyebut tuhan dengan nama nama yang kita suka. tak apa. pasti masuk surga semua. karena benar semua. islam benar kristen benar. bahkan suatu ateisme itu pun benar. kok bisa? itulah makna suatu tafsir dari kata kata tuhan sendiri: ke mana pun kamu memandang di sana wajahku juga yang ada. kalau tak benar maka salahlah ayat ini. kan begitu mudahnya.
dan memang mudah maka jangan dibuat sulit. apalagi mencabut pohon besar untuk dihajarkan ke rumah orang. tapi penghajaran adalah bagian dari realitas hukum tuhan juga. ada baik ada buruk. dan inilah dunia absurd. dunia absurd dari jalannya takdir yang tidak pernah kita pahami. kalau mau membantahnya karena kita anggap kita orang berilmu dan percaya pada upaya otak manusia, silakan.
tapi jawab dulu pertanyaan saya: mungkinkah orang baik semua atau jahat semua? orang dari seluruh totalitas manusia dulu, kini dan yang akan datang. jawabnya sebuah kepastian: tidak. terbelah dua. analognya: mungkinkah manusia hidup tanpa nyawa? atau mungkinkah manusia hidup hanya nyawa tanpa tubuh?
nah lihat saya sudah menjauh dari seluruh literatur itu. sudah berpikir sendiri saat ini juga. dengan sebuah pikiran yang sukar dibantahkan. dengan pokok pikiran yang menjadi soa baik orang dulu maupun orang kini atau pun orang yang akan datang di masa depan. sebab sesungguhnya relasi kita dengan dunia datang dari indera, dari ruang kesadaran kita yang langsung memandang gejala dunia. apa di balik dunia? tuhan. apa di balik tuhan? hanya tuhan. ia kah? entahlah.
itulah nikmatnya berpikir sendiri. nikmatnya mandiri tanpa harus bergantung dengan buku. kita bisa menerabas dan melakukan salto kapan pun kita mau.
kalau berpikir pakai buku, ada karya aneh lalu tak ada bukunya kita jadi bingung: tunggu, belum ada bukunya ni. saya tunggu abangku dari utara itu dulu. kelak baru aku komentari karya kamu. la itu apa? masa adik kita hanyut dibawa sungai kita tak nyemplung langsung ke sungai tapi nunggu dulu tambangnya lagi dibuat di kota? adik kita tentu tenggelam dan mati di arusnya.
tak masuk akal saya
hehehe
saya hendak berkata tentang imajinasi, syarat mutlak bagi tiap penciptaan seni. tapi ngudut dulu ya. agak pegel dikit ini bahu hehe ai enak kalau ada istri ya. sambil ngetik bisa garuk garuk kaki hihi i de yang lagi ingin beristeri dwi hehe.
santai aja. jangan marah dan jangan kecewa. dalam bahasa syarat pokok harus nakal. rendra dan tardji itu karena nakallah maka mereka bisa jadi besar. seperti hudan kinilah hehe jadi hebat karena nakal. seperti kalian juga hebat karena nakal. benar kok: di matanya itu kita ini hanya anak anak nakal saja.
ai nakal nian kamu tu hudan sini kujewer dikit kupingmu tu kata tuhan nah mbah kah haha soal dunia ini mudah kok: seperti orang kotbah dalam masjid yang di fb dulu saya pernah ceritakan. bagi yang sudah dengar tak apa. bagi yang belum dengar mari kita ketawa. kata orang pengkotbah dalam masjid tu: la barang kecik itu yang masuk nyelam la ngapo seluruh badan kito nak dimandikan? cukuplah kepalaknyo ajo yang kita basuh, katonya. tegelak galo kami dalam masjid tu ketemu kiai kanji hihihi.
benar kan begitu praktek kita abis ndut ndut an tu lalu mandi junub kan nah itulah dunia: harus nakal dalam bahasa dan harus banyak ketawa dalam mencipta.
iya kita merokok dulu ya. bentar kita lanjut lagi hehe yuswan kurniawan amik dan ada rina juga i hihi (bagian satu)
hudan hidayat
filsuf
------------
beberapa komentar atas esai yang ditulis melalui dengan spontan ini. terima kasih ya.
saya rapikan ini untuk kepentingan dokumen yang kelak tanpa kita sadari akan menjadi
sejarah sastra indonesia juga. salam salam. - hh
Tofan Ariefiadi at 1:26am July 3
nyari imajinasi di mana ya, Bang?
Kurniawan Yunianto at 1:36am July 3
wahy kliatannya masih berlanjut nih, nyimak dulu aja ah .. hehehe
Kurniawan Yunianto at 2:00am July 3
hehehe ... sepakaaat .. kian asyik nih .. lanjuut lagi
Yuswan Taufiq at 2:05am July 3
wah...semakin jauh ke dalam, asik dan seru
Amik Koofee at 2:06am July 3
ngudut juga ah
Deasy Elang at 4:55am July 3
Copy paste dulu seperti biasa..hihihi.
Ada yang mau teh atau kopi? aih nikmatnya dunia....
Written 56 minutes ago · Comment · LikeUnlike
You like this.
Yessi Greena W Purba at 6:03am July 3
Aku mau teh dan kopi...
Imajinasi?umm.
Thanks untuk ulasannya,Guru Hudan...:-)
sama sama yessi yang manis.
Write a comment...
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment