Sunday, June 7, 2009

[ac-i] Bikin Novel dan Film Sambil Nyumbang



Writing Cam Rumah Dunia:

SAATNYA  BIKIN NOVEL DAN FILM SAMBIL NYUMBANG!

 

Sejak Banten jadi provinsi pada tahun 2000, dunia informasi menjadi dekat di Banten. Biasanya kita hanya membaca berita orang lain, tiba-tiba saja berita tentang tetangga kita, guru kita, pemimpin kita, bahkan diri kita sendiri terhidang di pagi hari di koran lokal seperti Banten Raya Post. Semuanya menjadi begitu cepat dan tidak ada yang bisa disembunyikan lagi. Berita korupsi, kriminalitas, perselingkuhan, mutasi pejabat, dan pelajar yang tidal lulus UN menjadi menu sarapan sehari-hari. Hal ini pun seiring dengan pertumbuhan kios/lapak koran dan toko-toko buku. Dunia tulis-menulis meningkat sangat cepat. Minat baca warga Banten merangkak pelan-pelan,  Perpustakaan Provinsi Banten dan komunitas baca diserbu pelajar dan mahasiswa. Penulis-penulis lokal bermunculan. Dunia jurnalistik menggeliat. Bahkan UNTIRTA (Universitas Tirtayasa) dan STIKOM (Sekolag Tinggi Komunikasi) Wangsa Jaya pun mendirikan program studi FISIP dengan jurusan jurnalistik di dalamnya. Menyuul UNSERA (Universitas Serang Raya) yang langsung membuat in-house magazine.

 

NOVELIS

Selain dunia jurnalistik dengan melahirkan wartawan berita dan penulis essay lokal, para penulis cerpen dan puisi lokal juga bermunculan. Dua koran lokal berbasis di Serang menyediakan halaman puisi dan cerpen. Buku-buku kumpulan cerpen dan puisi bermunculan dan dibedah di kampus-kampus. Tapi, pernahkah kita berpikir, ketika sedang memilih-milih novel di rak-rak toko buku yang kini bertebaran di Serang, Cilegon, dan Rangkasbitung, salah satu novel yang berjejer itu adalah buah tangan kita?

Rumah Dunia yang peduli pada perkembangan dunia tulis-menulis menangkap kegelisahan itu.   Selain saya, beberapa nama yang bergumul di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) berhasil melahirkan buah karya novel sepanjang 2004 – 2009, yaitu Qizink La Aziva (Mizan) Endang Rukmana (Gagas Media), Ibnu Adam Aviciena (Beranda Hikmah), Najwa Fadia (Beranda Hikmah), Tias Tatanka (Senayan Abadi), Firman Venayaksa (MU:3), Bella (Mizan). Pada Juni 2009 ini lahir lagi penulis novel dari KMRD bernama Langlang Randhawa (Bentang).  Sedangkan di luar KMRD ada Wan Anwar dan Herwan FR dari komunitas Kubah Budaya.

Nah, pernahkah terlintas di benak Anda, atau putra-putri kita, ingin menjadi penulis novel?   Apa bisa? Ya, pasti bisalah!

 

FILM MAKER

Tanpa diduga, berkah lain dari terbentuknya Provinsi Banten adalah kehadiran TV lokal bernama Banten TV pada 2006. Bahkan ada 2 TV lokal lainnya yang akan mengudara; Radar TV Banten dan Baraya TV. Ini tentu mengembirakan bagi para pecinta film. Komunitas-komunitas film sudah bertumbuhan di Banten. Mereka secara otodidak belajar membuat film pendek. Untirta membuat UTV dan IAIN dengan IAIN TV. Rumah Dunia pun membuat lini Gong Media Cakrawala (GMC) yang bergerak di TV Program. Berita-berita Banten TV para kontributornya dari GMC. Bahkan beberapa pekerja kreatif Banten TV dari Kelas Film Rumah Dunia.

Nah, pernahkah terlintas di benak Anda, atau putra-putri kita, ingin menjadi  film maker? Setiap saat, ruang keluarga kita diserbu program-program TV; infotainment, berita, dan sinetron. Pertanyaannya, sanggupkan kita menjadi pembuatnya? Atau, cukup puaskah kita hanya sebagai konsumen saja? Memangnya, kita bisa sebagai produsen alias pembuat TV program? Padahal di Banten tidak ada lembaga pendidikan seperti Institut Keenian Jakarta yang mengajarkan cara membuat film.

Sekedar informasi, ya. Lihatlah di Banten TV. Dalam sekejap beberapa nama muda-mudi di Banten mulai ramai muncul di layar kaca. Para pejabat di lingkungan Banten mulai lancar mengeluarkan pendapat atau gagasannya. Dosen, mahasiswa, aktivis, dan rakyat Banten sudah terbiasa muncul di Banten Pagi sebagai nara sumber. Di program "Obor: Obrolan Rakyat", pejabat dan rakyat pun saling berbagi cerita. Komunitas-komunitas teater di Banten leluasa berekspresi di "Panggung: Teater Untuk Semua". Para budayawan Banten mengkristalkan gagasannya di "Jati Diri". Penyair dan pemusik berkolaborasi di "Bianglala; Dengan Musik Kita Bernyanyi".

Nah, sekali lagi, bisakah kita sebagai pembuatnya?

 

BELAJAR DAN MENYUMBANG

Jangan khawatir. Tidak perlu jauh-jauh belajar menulis novel dan membuat film dengan pergi ke Jakarta atau Bandung. Tidak perlu. Rumah Dunia tetap peduli pada hal itu; jurnalistik, sastra, dan film.

Ijinkan saya bercerita dulu. Agak berputar sedikit, ya. Seperti kata pepatah, banyak jalan menuju Roma.

Setelah bergulir 7 tahun, kegiatan-kegiatan di Rumah Dunia semakin banyak dan seolah menjadi taman budaya alternatif di Banten, bahkan secara nasional dijadikan rujukan komunitas baca yang  progresif. Sesuai dengan kebutuhan itu, kini Rumah Dunia sedang berusaha membebaskan tanah seluas 2873 meter persegi. Lokasinya persis di depan Rumah Dunia, tempat biasa dipergunakan parkir. Jika tanah itu berhasil dibebaskan dengan bantuan sedekah dari teman-teman, akan kami bangun gedung kesenian, WC umum bagi warga, kios jajanan kampung, ruang  pameran, gedung perpustakaan, panggung terbuka, galeri lukisan, dan lapangan basket.

Berbagai cara dilakukan untuk membebaskan tanah seluas 2873 meter persegi itu yang  dibatasi hingga 1 Juli 2009. Jika lewat batas waktu itu, pemilik tanah akan menjual ke pihak   lain.  Cara pertama yang kami lakukan dimulai dengan "Gerakan Sedekah Untuk  Kemuliaan Rumah Akherat Melalui Rumah Dunia" pada 20 April 2009, yang terus bergulir  dan sudah berhasil mengumpulkan sumbangan seluas 513 meter persegi per-30 Mei 2009.

Upaya lain untuk membebasan tanah itu, bekerjasama dengan Banten Raya Post, Radio Top FM  Cilegon, Penerbit Gagas Media, Suhud Media Promo, Banten TV, dan Rumah Produksi Indika Entertainment, Rumah Dunia menggelar kegiatan belajar sambil menyumbang berupa pelatihan novel dan fim dalam  acara bertajuk: "Writing Cam Rumah Dunia : Bikin Novel dan Film, Yuk!" yang akan berlangsung pada 26, 27, 28 Juni 2009, bertempat di Rumah Dunia.  

Dengan kegiatan 'writing Cam" ini, diharapkan bisa memberikan wawasan tentang bagaimana sebuah penerbitan buku menerima ide-ide cerita dari penulis, menambah wawasan tentang bagaimana industri perfileman di Indonesia, mengenal tips-tips mudah penulisan novel, skenario film, dan pembuatan film indie.

Para pembicara "Writing Cam" ini adalah orang-orang yang berkompeten di bidangnya, terdiri dari Gola Gong, penulis dari lebih 70 novel dan ratusan skenario film, dan pengelola Rumah Dunia. Tim Penerbit Gagas Media, Jakarta. Tim Kreatif Rumah Produksi Indika Entertainment, Jakarta. Fahri Asiza, penulis scenario sitcom OB di RCTI, pengarang novel dan Pimpinan CreatiFA,  lembaga kreatif pimpinan Fahri Asiza, tim kreatif Kepompong (SCTV), Super Men (SCTV), dan Bukan Romeo Juliet (ANTV). Fahri juga dikenal sebagai pengarang novel produktif. Pernah meraih penghargain sebagai penulis produkstif versi Islamic Book Fair, setahun menulis 24 novel (2005) dan Penulis Cerita Anak Terbaik (IBF 2006) lewat novel "Jas Hujan Buat Abi". Agres Setiawan, sineas muda lulusan IKJ, praktisi perfileman. Piter Tamba (sutradara Banten TV)

Pendaftaran berlaku sejak dikeluarkannya pengumuman ini hingga 25 Juni 2009.  Biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 2.500.000,- (Dua Juta Lima Ratus Ribu). Dengan biaya itu peserta selain mendapatkan pelatihan, meninap di rumah penduduk, disuguhi menu khas Banten, pentas seni, pembuatan film pendek, juga akan mendapatkan souvenir berupa: Seminar kit, Sertifikat, CD album Ki Amuk, Buku "Jangan Gak Mau Nulis Seumur Hidup" karya Gola Gong. Selain itu, sebagaian uangnya akan disumbangkan ke rencana pembebasan tanah Rumah Dunia. per-5 Juni sudah 3 orang mendaftar; Ratih S Jatmiko (Jakarta), Ramli (Serang), Anis Diniyati Raksanegara (Jakarta)

Jadi, tidak rugi membayar investasi sebesar Rp. 2,5 jt. Nilai itu jadi tidak sebanding dengan materi-materi ilmu yang kita dapatkan langsung dari tangan pertama. Saya, Fahri Aziza, Penerbit Gagas Media, Indika Entertainment, adalah para praktisi yang berpengalaman di bidangnya masing-masing.

 

BELAJAR UNIK

Writing Cam Rumah Dunia tidak hanya sekedar belajar saja. Tapi juga saling berbagi. Uang investasi sebagain akan disumbangkan untk membebaskan tanah. Itu keunikannya. Dan hal uniknya tidak berhenti sampai di situ saja.

Belajarnya pun memakai metode active learning.

Bahkan diberi stimulus dengan pentas musikalisasi puisi Ki Amuk, divisi musik Rumah Dunia pimpinan Firman Venayaksa (Presiden Rumah Dunia), yang sudah membuat CD album berjudul "Mencari Pelangi" yang diproduseri Jaya Komarodin Cholic. Juga pembacaan Puisi Toto ST Radik, penasehat Rumah Dunia, peraih penghargaan Penyair Terbaik Komunitas Sastra Indonesia Award pada 1999 dengan antologi puisi "Indonesia Setengah Tiang". Monolog Dedi Setiawan, tutor teater Rumah Dunia, peraih penghargaan juara monolog se-Banten 2005, dan juara 2 monolog mahasiswa se-Indonesia di Kalimantan (2006). Pembuatan film pendek bersama tim kreatif Rumah Produksi India Entertainment. Dan "Xpresikan Dirimu", pentas seni dari peserta berupa pembacaan puisi, menyanyi, standing comedi, atau apa saja.

Nah, nunggu apa lagi?

Ayo, daftarkan segera di "Witing Cam"!

Dijamin jadi novelis dan film maker! (Gola Gong, penasehat Rumah Dunia dan Executive Produser Banten TV).

 

 


__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment