puisi jehan, puisi saut, "arogansi" ilmu sastra, dan keterbatasan dalam bahasa dan ilmu sastra
Share
Yesterday at 8:28pm | Edit Note | Delete
nur jehan
Gelisah Dara
Gerimis bawa kenang bait-bait luka menganga, meretas kembali asa dari ruang kosong yang
senantiasa mengingatkan dara pada ujung nada melodi senja. Temaram lukiskan kelam suguh
sajian tujuh rupa, masih saja dara menyium bau dupa dari gubuk reot tepi desa ketika pintal
benang masih utuh dalam genggaman, ahh dari rahim-rahim bambu ujung utara, berkisah dara
tentang ketiadaan bulan atas bintang, matahari atas bumi. dan hidup setelah mati. Tersenyum
dara sehingga kepompong matang sebelum dawai dipetik, binar mata bicara pada cahaya,
katanya 'benua dan samuderaku ini seperti hilang dahi, pasir tak lagi menyisir tempat perahu kayu menambat sauh, orang-orangan kusangka orang, burung punai menantang badai', diam dara
dalam khusyuk memangku dagu, kelopak mata enggan mengatup.
Fajar sembunyikan kelam, pada kokok ayam jago, pada tetes embun di daun, mengusir kabut
mengajak merayakan pesta musim panen tiba. Nafasnya satu-satu, seolah habis waktu untuk bercengkrama, detaknya...apa yang terjadi pada dara? ani-ani pertanda imaji, mata bajak koyak
selapis hasrat, lumpur bawa lintah benam amarah. Tak tentu dara melangkah, ke penjuru angin,
ke tepian angan, ke arah bekas jejak saat dara tak lagi menjadi dara. Sungai, batu, kayu, dan
tanah bawa amarah, benih-benih terhunus hangus, tapi dara enggan bawa berita, jemarinya
menari-nari di atas reruntuhan doa, mengais-ngais kalam, dan mengorek-ngorek bebongkah
pongah. Jam dinding, kayu lapuk penjaga mantra, dara beranjak menuju akhir, akhir untuk
memulai laksana berputar.
Memandang sejurus, merasa selurus, binatang malam menari-nari sambut bulan di empat belas
hari, takdir dara bermula disini, kunang-kunang tabuh genderang , terbang menuntun dara
menuju pusat cakra menyambut lahirnya sang penanda. 'Dalam gelisah dara bertanya' berapa
lama lagi hingga semua binasa?, menunggu apalagi hingga aku mampu meniadakan keniscayaan?
'. Rebah atas tanah, lentera sufi dibalik tirai bayi-bayi suci.
(11022009)
Tapaktuan, Aceh Selatan
Tabik
Puan Melayu
------------
saut situmorang
hanya dari jauh
aku bisa mengakrabimu
aku pun kenal lekak liku
garis tubuhmu, warna kulitmu yang biru
mulus berkilau waktu kau
tertidur di pangkuan matahari
yang selalu gagal mencumbumu.
hanya rambutmu yang pirak perak
kau biarkan diusap usap angin
di pasir yang berhias jejak jejak kami camar
yang berburu ikan-ikan kecil nanar.
sesekali perahu perahu nelayan
robek layar
merangkak malas, tak hendak
mengusikmu, wajah wajah mereka
tak tampak gembira
walau banyak penyair memaksa
mereka bahagia. burung burung camar
yang biasanya ribut pun
kini tak lagi tertarik mendekati mereka.
kadang timbul juga hasrat menghanyutkan diri di kelembutan
napasmu. bercanda dengan naik turun
gelombang mimpimu. mungkin, jatuh cinta
pada bau tubuhmu.
yang memabukkan matahari tua itu.
tapi, tak usahlah aku memaksa diri
untuk mengakrabimu.
bulan adalah kekasihmu
yang sejati. seharian kau menunggu
membiarkan matahari bermimpi
sementara rindu kau pendam
di balik karang karang berlumut ganggang.
bulanlah cintamu
yang sejati. kau jadi hidup
di ujung ciumannya yang kejam.
dadamu bergejolak, tangan dan kakimu
menghentak waktu sang kekasih muncul penuh
dari balik tirai malam
yang mendebarkanmu.
betapa gemurunya napasmu
dalam rangkulan bulan itu! karang-karang
bergetar, hilang tampak
dalam birahi ombak, pantai
hilang pasir dan malam tenggelam
hanyut dalam badai yang seharian terpendam.
tak mau aku, laut
seperti matahari sial itu
memaksa diri untuk memabukimu.
biarlah hanya
dari jauh aku terus mengakrabimu.
------------
1
puisi adalah dunia bebas tempat sang penyair bermain main dengan bahasa. kalau saya katakan bermain main, karena sang penyair saat menulis puisi atau saat memikirkan sebuah puisi, pada hakekatnya sedang menyusun ulang tiap perjumpaannya dengan hidup. di mana kenangan dibangkitkan atau harapan hendak dituliskan. atau hanya persentuhan langsung yang menjadi reaksi sebuah puisi.
saya akan menikmati sajak penyair jehan dan penyair saut situmorang ini, dengan pertama tama hendak menawar pengertian yang menjadi konvensi ilmu sastra, lebih khusus lagi pengertian yang dibangun ilmu sastra tentang puisi. tapi ingin mengetengahkan kemungkinan unik dari individu penikmat seni puisi tanpa pembatasan dari dunia ilmu (sastra).
kita tahu tipografi (juga tipologi), cara "lirik" dalam larik disusun, digelar ke pinggir, telah melahirkan enyambemen dalam puisi. masa istirahat dari rangkai kata kata - larik itu. dengan harapan terjadi tekanan makna pada larik yang digelar. tapi enyambemen ini, telah melahirkan patahan dalam bahasa. telah membuat laju bahasa tertahan (bahasa puisi saut patah patah, kata jehan syauqi saat membandingkan dengan bahasa puisi nur jehan).
maka enyambemen kini berhadapan dengan laju bahasa. akibatnya, gaung bunyi dalam puisi berhenti, tak mencapai rantingnya terakhir. musikalitas sebuah puisi tertahan, patah oleh kehendak sang penyair yang, dan ini disetujui oleh ilmu sastra, hendak menekankan suatu semantik makna dalam puisi.
bagaimana situasi "macet bunyi", itu bisa diselamatkan, tapi dan sekaligus juga terselamatkan tekanan makna yang ditakutkan sang penyair hilang?
di sinilah kita harus menerobos ilmu sastra itu. konvensi dari dunia puisi itu. yakni dengan memindahkan suatu teks ke dalam dunia pemaknaan pembaca yang telah diberi perspektif baru. dunia perspektif baru yang tak mungkin tergapai oleh mereka yang bersetia ke dalam, atau tenang bersama, dunia buaian dalam ilmu sastra.
saya akan mengambil contoh dari pengantar ilmu sastra, terbitan gramedia, yang ditulis oleh jan van luxemburg, mieke bal, dan willem g. weststeijn, dan diindonesiakan oleh dick hartoko, tentang apa yang hendak katakan ini. saya akan turunkan penuh bagian yang saya kutip dari halaman 185 itu.
"kata kata yang terdapat pada larik akhir sajak memperoleh tekanan semantik yang lebih kuat. ini sangat jelas dalam gejala yang disebut enyambemen; struktur sajak menciptakan suatu saat istirahat yang secara semantik tiada dalam kalimat.
'berarti pagi telah mengantar kau kembali,
pulang dari sebuah dongeng tentang jin yang memperkosa
puteri yang semalam mungkin kubayangkan untukmu,
tanpa tercatat, meskipun pada pasir gelap.'
goenawan mohamad
istirahat antara kata 'memperkosa' dan 'putri' menggarisbawahi makna 'memperkosa'
demikianlah dalam buku itu, tapi demikianlah pula bagaimana ilmu sastra itu hendak saya tawar.
bagi saya, sebuah perspektif baru pemaknaan sebuah puisi, adalah memindahkan puisi itu ke dalam musikalitasnya sendiri. ujung larik, memperkosa, lalu awal larik, puteri, kalau kita lagukan, adalah sebuah larik yang bisa disambung, sehingga menghasilkan bahasa yang tak berhenti. maka larik kedua dan larik ketiga dari puisi goenawan mohamad itu, menjadi sebuah laju bahasa yang tak ditahan enyambemen. tapi terus mengikuti irama kata dan irama bunyinya. ia menjadi seakan nyanyian yang tak hendak di interval, tak hendak disela, oleh bunyi bunyi alat musik, tapi vokal sang penyanyi yang bernyanyi berhenti. sebab jeda kelak akan mencari dirinya sendiri, tanpa harus mengorbankan laju dalam bahasa.
makna yang dihasilkan dari fungsi sebuah jeda, atau masa istirahat yang diletakkan sang penyair seperti puisinya itu, kini berpindah ke dalam benak sang pembaca. seperti kita bernyanyi sambil sesekali, atau sekerjapan, memikirkan makna dari larik larik lagu yang kita bawakan. bahwa kita tahu makna dari puteri yang diperkosa dengan segala implikasinya. maka semantik makna tak harus ditahan dengan tipografi puisi. akibatnya struktur sajak interlude akan dituliskan ulang. puisi hadir seakan kalimat. tersusun ke dalam paragraf paragraf.
dengan cara membaca dan (kemungkinan) menuliskan puisi seperti itu, maka apa yang dituliskan di buku pengantar ilmu sastra itu, (hal 175), bahwa "ciri puisi yang paling menyolok ialah penampilan tipografik", dengan sendirinya sudah bukan menjadi sebuah kepastian.
sebab bahasa - atau grama dalam bahasa, adalah suatu medan tafsir bagi pembaca yang tak hendak bersetia dengan konvensi dalam bahasa, atau konvensi yang membentuk ilmu sastra. seperti jenis dan bentuk kata. yang kalau kita lakukan penerobosan dengan mempertimbangkan bahwa kata, bahasa itu, selalu berhubungan, atau selalu menunjuk, akan sesuatu. sebab tiap kita memikirkan sesuatu, kita akan memikirkan sesuatu dalam bahasa, dengan bahasa.
kita tak bisa memikirkan sesuatu tanpa bahasa. seperti sesuatu tak bisa tampil tanpa bahasa.
dan sesuatu di luar tubuh, atau di dalam tubuh, adalah benda semata. materi. bahkan roh pun adalah materi. zat. tuhan pun adalah materi - zat yang maha suci.
akibat materi, maka yang ada adalah dan hanyalah benda. materi. materi fisik dan materi berupa zat. dan materi adalah energi, yang bergerak dalam diamnya. bergerak dalam diamnya, dengan sendirinya akan niscaya memporak-porandakan katergori kategori dalam bahasa.
batu, yang ditunjuk oleh ilmu bahasa, sebagai sebuah instansi yang diam. dalam dirinya adalah sebuah arus kumparan yang bergerak, berputar, batu yang berenergi ini, dalam tatapan hakekatnya, tak bisa lagi digapai oleh ilmu bahasa. sebab kategori batu sebagai kata benda, saat diterobos, telah melampaui kategori yang diberikan oleh ilmu bahasa: sang batu itu bergerak, berputar, menjadi atom materi yang berputar. sehingga ia menjadi kata kerja. lihatlah batu yang di dalam sebutan ilmu bahasa sebagai kata benda, tanpa disentuh oleh suatu apapun, telah bisa kita sematkan sebuah kata yang lain. yakni kata kerja itu. dan sifat batu, yang dingin, karena ia adalah energi, yang bergerak, maka tak bisa disebut lagi sebagai batu dingin, tapi telah menjadi batu panas.
lihatlah dengan sekali tatapan, saya telah mengobrak abrik batasan ilmu bahasa itu sendiri - yang ilmu sastra, adalah di dalamnya juga.
maka bentuk dan jenis kata takk ada.
sebab pada hakekatnya yang ada hanyalah benda.
yang ada hanya kata benda.
begitulah ilmu sastra itu, dalam sebuah aspeknya, yakni "enyambemen"
hudan hidayat
- penghancur dan pembangun bahasa
------------
Written on Thursday · Comment · LikeUnlike
You, Yayan R Triyansyah, TRia Nin, Pakar Dukun and 14 others like this.
Yayan R Triyansyah, TRia Nin, Pakar Dukun and 14 others like this.
Hudan HidayatHudan
Yayan R TriyansyahYayan
TRia NinTRia
Pakar DukunPakar
Tama ChanTama
Early RahmawatiEarly
Cesillia CesiCesillia
Kurniawan YuniantoKurniawan
Senja Aditya FajarSenja
Wiwit Nur LestariWiwit
Ribut WijotoRibut
See all...
Gadis Terluka at 7:35pm June 11
terpesona
Jehan Syauqi at 7:43pm June 11
kenapa nih? dibuat perbandingan maksudnya?
ehm.secara masih awam saya, ya duaduanya bagus:D suka.tapi punya puan NJ deras banget.kuyup aku dibuatnya.
untuk puisi om saut..aku bacanya patahpatah apa karena efek tipo nya ya?entah.
peace deh
Mata Kita at 7:52pm June 11
wow.......multiinte
Cavita Jamie at 8:01pm June 11
idiiih deh ah
Guswandi Indonesia at 8:55pm June 11
Berusaha menikmati
Nur Jehan at 8:56pm June 11
aku sedang menungu kupas tuntas dari mas Hudan untuk kedua puisi di atas.
Bagas Dwi Bawono at 9:31pm June 11
sama...
Kurniawan Yunianto at 10:02pm June 11
nah kan,
heiiiiii .. siapa itu berjalan sendiri
dengan keyakinan yang menjadijadi
seperti tak peduli ... Read More
jika sudah begitu
persetan dengan rindu
aroma rempah
yang sungguh tabah
salam & senyum hangat selalu .. para kekasih
Steven Kurniawan at 11:35pm June 11
wah. aku baru baca puisi mbak jehan yg sebagus itu. hahaha.
Abdullah Sajad at 1:11am June 12
hihi.. pres hudan.. :)
Early Rahmawati at 1:46am June 12
bagus-bagus.
Early Rahmawati at 1:47am June 12
bagus-bagus nih...:)
Yayan R Triyansyah at 2:05am June 12
Asyik..
Deasy 'Elang' N at 5:36am June 12
keren tuh!
Pakar Dukun at 6:05am June 12
dukun - standby
Widyawati Sp at 7:26am June 12
puisi2 NJ mmg bagus2 ..
Em Muhlash Emer at 8:56am June 12
Cap jempol...
Makan ikan sambal cabe
Bersama sang istri
Hudan memang presiden sastra efbe... Read More
Berjiwa luas hati.
Bamby Cahyadi at 9:11am June 12
Ya, sebuah comparable yang menurutku sah-sah saja. Cuman kadang, kenapa yang sudah punya nama tak mau dikomper dengan yang masih "pemula"?
Khan, masalahnya hanya siapa yang memulai duluan, menekuninya lebih dulu. Bukan, isi dari sebuah karya berkesenian itu. Mungkin secara bahasa Jehan lebih berkualitas dari Saut. Hehehe
Samsudin Adlawi at 12:55pm June 12
puisi yang dibahas bagus, yang membahas apalagi. hehe...
Saut Situmorang
Saut Situmorang at 6:00pm June 12
hahaha...
TELAH LAHIR KORRIE LAYUN RAMPAN BARU !!!
SELAMAT! SELAMAT!!!
HAHAHA...
Written 12 hours ago · Comment · LikeUnlike
You, Rien Al Anshari, Camelia Camel Dananjaya, Widyawati Soetego Poetri and 2 others like this.
Rien Al Anshari, Camelia Camel Dananjaya, Widyawati Soetego Poetri and 2 others like this.
Hudan HidayatHudan
Rien Al AnshariRien
Camelia Camel DananjayaCamelia
Widyawati Soetego PoetriWidyawati
Iwan GunawanIwan
Ping HomericPing
Iwan Gunawan at 9:42pm June 12
inilah presidenku,kemarin kuminta.terasa tak memberi,hanya karenaku . ada irama rincak yang bikin lemas kuikuti.ada aih hai..hai ada he he he huhuhu juga pelenting.tadi saja ada jos jor, apalagi dibilang badai sastra, kutakmengerti jua.ahhh tahu-tahu, lahir koorie layun rampan baru.memang ia, memang ya .dua bulan kutemui ,sosor menyosor puisi tak henti.terhentak terus kuikuti, sampai lemas lunglai kepala.betapa tak pernah layu,kata-kata menyimpan sayup hening gelinjang diri.meriang, mengejang, suguhkan aroma menyisir bayu.tibalah badai ada.terhentak diluar kuduga, mengapa ada manusia bertega.orang mencari, ditampar muka.hingga riuh bedil mimis tembakan .satu pipit tak bergeming.kini kurasa, presidenku ada. bukan terpilih karena lomba,tapi hadir karena adakan yang diminta,hari ini lahir koorie layun rampan baru. ahek .. ahek ...ehmm .. ehmmm ,memang iya, memang benar.tapi kutahu, badai datang bukan diundang.rampan baru tiba ada, tumbuh bersama waktu.
wan Gunawan at 9:42pm June 12
badai hanyalah pacar
hendak terkam tanpa rayu.
Abdullah Sajad at 9:49pm June 12
hiks..
Widyawati Sp at 7:39am June 13
hiks ..
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment