Wednesday, June 10, 2009

[ac-i] puting puisi, paha prosa, dalam penyair gema yudha dan saijah adinda



Kris Budiman at 10:06am June 11

kata, atau kata kata, seperti seks juga, kadang kita harus beri baju dalam bahasa. [...]. tonjolan daging dalam tubuh, tak nampak benar. tapi membayang. tonjolan puisi diselimuti baju dalam bahasa.

- cuma aih aih aih hudan idih idih idih yg bisa bikin simile kek gini. gw bgtz hung. i really like ur phrases.

-------------------------------

gema yudha
kampanye

Share
Yesterday at 1:33am

bendera-bendera menodong bank-bank dan pundi uang
membohongi brankas dan celengan
spanduk dan poster stiker mengelem orang-orang
mereka mengejarmu mengejarku
mengincar kita di pasar-pasar
terminal hingga kamar mandi
dengan bunga sedap malam mereka mengikat boneka;
kita

140309
17.53

-------------------------------------------------

1.

atau pun dalam bahasa prosa, atau pun dalam bahasa puisi, selalu muncul kesan saat kita membaca sastra. kesan yang berupa pertanyaan atas pengalaman kita membaca sastra itu sendiri. yakni: mengapa saya lebih suka membaca puisi itu, ketimbang puisi ini. atau: mengapa saya lebih suka membaca prosa ini, ketimbang prosa itu.

resepsi pembaca atas sebuah puisi membawa "alur dalam puisi" - kenangan akan tiap peristiwa dan kejadian dalam benak pembaca. sebuah puisi sendiri mungkin memang tak menyediakan alur dalam dirinya, tapi alur itu - gugus orang, kejadian, konflik ataupun damai, membentuk gugus plot di benak pembaca.

kesan pembaca, atas sebuah struktur larik dalam puisi, untai menguntai kata kata dalam larik dan bait itu, pastilah memiliki kata kunci yang mengantarkan kita pada imaji atau pada imajinasi, yang membuat kita mengenang alur yang kini bergerak menjadi naratif dalam benak kita sendiri. kenangan timbul tenggelam, akan tiap kejadian, kenangan yang seolah tubuh keluar masuk dalam arus sungai. tubuh yang diantar oleh sintaktik kata kata dalam puisi.

bisa jadi resepsi kita tak langsung merujuk pada kenangan. tapi terpukau dengan daya getar yang menyambar dari bait bait puisi. bait bait yang mungkin malah tak menunjuk kenangan pada apapun. tapi kita terserap, karena terpukau oleh jalin jalin kata di sana.

kata kata yang menerebos ke dalam ruang sadar kita, masuk ke sebuah celah celah dalam hati, menggetar getarkan celah itu, seolah sebuah vibrator (maaf) menggetar getarkan vagina kita, atau penis kita. dan kita pun tergetar, tanpa tahu, atau harus tahu, apa makna dunia puisi itu.

kita telah mengalami "seks dalam puisi", walau puisi itu sendiri tak bicara tentang sepotong kelamin pun. tapi libido kata kita telah terangsang, telah basah oleh bukan kenangan (akibat asosiasi) tapi oleh licinnya jalin jalin kata di sebuah puisi.

i idih i dunia kata itu

kata, atau kata kata, seperti seks juga, kadang kita harus beri baju dalam bahasa. puisi menjadi seolah tubuh perempuan, atau tubuh lelaki, yang menjuntaikan benda dalamnya separuh, atau secara samar samar. tonjolan daging dalam tubuh, tak nampak benar. tapi membayang. tonjolan puisi diselimuti baju dalam bahasa.

sehingga seperti tubuh, puisi tak telanjang. seperti tubuh, tonjolan daging dalam dibalut busana. hanya samar pintil hitam kemerahan yang membayang dalam mata kita.

kain yang menutup badan, memang tak harus tebal, dan dijulurkan ke segenap badan, agar gairah mata berkejap. begitu juga dengan selimut bahasa itu: tak harus tebal, agar puisi tak jatuh ke dalam bahasa gelap. menjadi puisi gelap.

tapi tadi: samar samar saja. seolah ia, seolah tidak. seolah gadis jinak jinak merpati. seakan mau, seakan malu.

ia lari, tapi tak hendak lari. mana kala tangan kita meraih pinggingnya yang mungil, lalu tangan mengulur ke rambutnya, segera ia sambil mendorongkan tubuh ke belakang, tapi telah jatuh di pelukan kita. saat kita dekati, mata yang tadinya bersinar gemilang memandang, kini pelan pelan mengatup. tapi, saat kita hendak lebih dekat lagi, bibirnya membentuk palang di bibir kita.

begitulah dunia kata kata itu - puisi.

manipulasikah ini?
bukan.
lalu apa?
kawannya.
tapi entahlah.
seolah olah ia,
tapi kayaknya bukan ia.

mungkin sajak gema yudha di atas itu, harus dibaca secara seks dalam puisi seperti di atas itu juga.

2.

bujang dan gadis, perkanankan saya mengutip sebuah prosa legendaris yang lahir dari bumi kita: sebuah novel - mac havelaar. pengarangnya bernama multatuli - ia yang telah lama (nian) menderita.

saya kutip halaman 274.

"ayah saijah mempunyai seekor kerbau; dengan kerbau itulah ia mengerjakan sawahnya. ketika kerbau itu dirampas oleh kepala distrik parangkujang, ia sangat bersedih hati. ia tidak berkata sepatah kata, berhari hari lamanya. sebab sebentar lagi tiba musim membajak, dan ia khawatir kalau tidak cepat ia mengerjakan sawah, waktu menyemaipun akan lewat, dan akhirnya tidak ada padi yang akan dipotong untuk disimpan di dalam lumbung di rumah."

anggap saja paragraf itu bukan bagian dari novel mac havelaar, tapi kita renggutkan dari pohon kehidupan secara langsung. lalu hadir di depan mata kita seperti itu. sehingga kita tak dirambati oleh alur dan plot dalam novel sejak awal. tak disesaki konflik, peristiwa, suasana, yang dialami tokoh dalam alur dan plot novel.

anggap saja begitu.

tapi "ayah saijah, seekor kerbau, hamparan sawah, musim membajak dan menyemai, padi yang dipotong dan lumbung dalam rumah", saya kira adalah imaji imaji kunci yang akan mengantarkan pertalian emosi pembaca ke dalam peristiwa dalam novel, untuk bergerak ke dalam imajinasi pembaca sendiri. bahwa sepenggal kehidupan sedang direnggutkan, tenggelam dan punah di sana.

atas dasar mana kita ingin melepaskan rasa sedih, rasa marah, dan segala jenis perasaan lain di dalam dada.

bujang dan gadis, mungkin begitulah upaya kita menyandingkan teks puisi penyair gema yudha, ke dalam paragraf sebuah novel. sebab puisi, atau prosa, dilepaskan dari unsur unsur pembentuknya, dengan tehnik tehnik tehnik bahasa yang terlibat dalam penyusunan itu, pada akhirnya adalah sebuah dunia makna yang bisa kita rambah langsung pendamannya.

demikian bujang dan gadis.

selamat larut malam

hudan

(mimpi apa kau di sana?
aku di sini tak mimpi i hihi)

Written 9 hours ago · Comment · LikeUnlike
You, Cesillia Cesi, Seiska Handayani, Mey Almaidah and 10 others like this.
Cesillia Cesi, Seiska Handayani, Mey Almaidah and 10 others like this.
Hudan HidayatHudan
Cesillia CesiCesillia
Seiska HandayaniSeiska
Mey AlmaidahMey
Samsudin AdlawiSamsudin
Astri LusdaAstri
Pow Manawipow
Flo TanjungFlo
Dhidi Cahyani Pdhidi
Deasy 'Elang' NDeasy
Early RahmawatiEarly
See all...

Early Rahmawati at 4:52am June 11

selamat pagi...semoga senyum indah selalu ada untuk kita setiap hari:)

Pow Manawi at 4:54am June 11

selamat malam bang Hudan, aku ingin pesan mimpi tentang gadis-gadis FTV yang puitis dengan balutan bahasa lingery..ingin menikmatinya tanpa aklamasi..

Deasy 'Elang' N at 5:32am June 11

aku mimpi sedang belajar duduk diam mendengarkan ajaranmu bang..hiks! hehehehe

Selamat pagi semuanya. Bang Huds, aku terima ya transfer ilmu darimu.

Camelia Camel Dananjaya at 5:42am June 11

selamat pagi, bang Hudan...smoga jadi hari yg ceria buat qt smua...hehehehe...

msh trs nyimak neh!

btw, jempolnya btebaran ya...^_^

Dhidi Cahyani P at 5:46am June 11

Selamat pagiiii semua,
Terimakasih Pak Hud Hid...pagi2 sudah mendapat rejeki...terpuaskan rasanya....

Habibi Hidayat at 5:56am June 11

abang hudan teng kyu ya selalu keren ulasan sastra yang abang bikin. hehe

Pratiwi Setyaningrum at 6:07am June 11

Telah menyimak.

Widya Sp at 7:40am June 11

selamat pagi banag Huds ... kciannya tak mimpi hiks , bahkan aku mimpi membaca puisi berduet dgn mu bang .. hiks ...

ulasan sastramu pagi ini sprt biasa asiiikkk .. apalagi dirimu mengumpamakan puisi dgn seks .. iiihhh tambah asiikkk hiks ..
mmg pantas jempol bertebaran utkmu say .... idih say ...

Astri Lusda at 9:06am June 11

oh kawanku mas hudan.. aku telah bermimpi di ajak dosen terhebatku main golf di atas permukaan air yang luas.
sungguh aneh itu! apa yang ada n apa yang kan tiada?

Dhya Bella at 9:56am June 11

Menarik sekali Pak Hudan.. pencerahan tentang bagaimana menaknai sebuah puisi dengan menganalogikannya sebagai sebuah persanggamaan.. tentang kutipan dari prosa Pak Multatuli; itulah sebabnya mengapa prosa tersebut menjadi 'legenda', meski hanya satu paragraf, namun secara naratif mampu memberikan deskripsi meluas melalui imaji pembaca yang terangsang olehnya.. terimakasih!

Kris Budiman at 10:06am June 11

kata, atau kata kata, seperti seks juga, kadang kita harus beri baju dalam bahasa. [...]. tonjolan daging dalam tubuh, tak nampak benar. tapi membayang. tonjolan puisi diselimuti baju dalam bahasa.

- cuma aih aih aih hudan idih idih idih yg bisa bikin simile kek gini. gw bgtz hung. i really like ur phrases.

Mey Almaidah at 10:46am June 11

thanks bang hudan ulasannya sangat menarik..menambah ilmu bagiku...hmm semlm tidak mimpi kah dirimu hehe...bermimpilah agar kita mempunyai harapan hihi

Cesillia Cesi at 11:38am June 11

ambil tempat untuk menyimak bapak guru den don hu dan mengajar sambil menahan hasrat
mantabeh!
Write a comment...

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment