Wednesday, June 10, 2009

Re: [ac-i] Press rilis: Seminar & Pameran Seni Rupa "Wong Jawa Ilang Jawane", Solo



Halo Mas Agung,
 
Saya mau koreksi sedikit tentang mengeja nama saya. Yang benar nama saya adalah Ipong Purnama Sidhi. Soal sepele tapi penting. Jadi tolong diralat di semua publikasi entah katalog, undangan, leaflet dan sebagainya. Matur nuwun.
 
ipong
 
 


 
On 6/11/09, agung priyo wibowo <udandawet@gmail.com> wrote:


BALAI SOEDJATMOKO

Jl. Slamet Riyadi 284, Solo

______________________________________

"Wong Jawa Ilang Jawane"

Seminar dan Pameran Seni Rupa

Solo, 14 – 23 Juni 2009

 

Balai Soedjatmoko di Solo bekerja sama dengan House of Danar Hadi (HDH) pada Minggu 14 Juni 2009 akan mengadakan Seminar bertema "Wong Jawa Ilang Jawane", bersamaan dengan Pameran Seni Rupa juga bertema "Wong Jawa Ilang Jawane" yang akan berlangsung mulai 14 Juni hingga 23 Juni 2009, di Balai Soedjatmoko (TB Gramedia Solo) dan gadri belakang Pendapa House of Danar Hadi.

Seminar "Wong Jawa Ilang Jawane" akan diadakan di Pendapa HDH atau yang dahulu lebih dikenal sebagai Ndalem Wuryaningratan, pada 14 Juni 2009 mulai pukul 11.00 WIB. Adapun pembicara yang akan tampil adalah Dr S Margana (UGM Yogyakarta), MT Arifin (budayawan Solo), dan Suparto Brata (sastrawan dari Surabaya).

Pameran Seni Rupa dengan tema "Wong Jawa Ilang Jawane", dibuka Minggu 14 Juni 2009, pukul 10.00 di Balai Soedjatmoko, dan akan berlangsung hingga 23 Juni 2009, sedang di House of Danar Hadi. Pameran bersama ini diikuti 37 perupa dari Solo, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Beberapa nama terkenal yang ikut di antaranya, Djoko Pekik, Jeihan, Teguh Ostenrik, Nasirun, Heri Dono, Ivan Sagito, Ipong Purnomosidhi, Samuel Indratma. Sejumlah pelukis dari Solo yang akan ikut serta, di antaranya Hasyim Katamsi, Dani Iswardana, Enggar Yuwono, Ki Gedhe Solo.

Latar

Ungkapan "Wong Jawa Ilang Jawane" sampai sekarang masih tetap aktual dan mendapatkan banyak tafsir. Ungkapan ini memang terkesan mengandung kontradiksi dan ambiguitas untuk memahami: siapa yang disebut "wong Jawa" itu?

Kita mungkin memahami bahwa dari ungkapan itu seakan ada idealitas "wong Jawa" dalam berbagai dimensi. Apakah "wong Jawa" itu memiliki kriteria-kriteria yang baku atau permanen? -- di samping tidak tertutup kemungkinan terjadi proses akulturasi dengan peradaban dari suku-suku bangsa lain.

Penetapan idealitas "wong Jawa" itu juga memiliki kemungkinan secara ekslusif atau inklusif dalam menghadapi arus serta spirit zaman yang berubah.

Lantas, apa maksud "ilang Jawane"? Apakah yang hilang itu otensitas kepribadian dan totalitas serta konstruksi kebudayaan Jawa? Para ahli memiliki pelbagai argumentasi untuk memahami masalah ini, meskipun selalu dalam tafsir yang tak selesai.

Franz Magnis Suseno menilai bahwa memahami "wong Jawa" akan mengena jika memakai parameter etika. Seseorang dianggap "(wong) Jawa" jika memenuhi tatanan etis kejawaan. Orang yang belum sanggup untuk menerima, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai etis Jawa biasanya disebut sebagai "durung Jawa" (belum Jawa).

Penilaian "durung Jawa" ini juga menjadi fokus dari Dennis Lombard – ahli sejarah komprehensif asal Perancis -- tapi dengan pemahaman konteks kebudayaan yang lebih kompleks. Kita akan mengalami kesulitan jika melanjutkan pembahasan atas wacana "Wong Jawa Ilang Jawane", sebab dalam konteks sejarah masih tertutupi oleh tabir politis dan filosofis.

Bagaimana orang menyadari bahwa ada idealitas atas realitas kejawaan?

Kejawaan apa yang masih mungkin dikenali dengan bukti-bukti memadai?

Kejawaan niscaya memiliki akar historis yang mengandung otensitas dan derivasi dari pola akulturasi terhadap berbagai peradaban yang masuk ke Jawa. Pelacakan atas otentisitas kejawaan itu merepotkan, tetapi jejak-jejaknya mungkin tampak dari proses dan hasil dari indianisasi, arabisasi, chinasisasi, dan pembaratan yang terjadi sekian abad.

Ikhtiar untuk mencari dan merumuskan "wong Jawa" dengan kejawaan itu dilakukan dengan tendensi pada sisi-sisi substantif yang berbeda.

Kejawaan itu antara lain dipahami dalam konteks laku kebatinan, pemahaman atas kekuasaan, konstruksi kebudayaan elite (keraton), resistensi kaum pinggiran, penciptaan dan munculnya simbol (gaya busana, arsitektur rumah, seni rupa), identifikasi diri terhadap tokoh dan kisah wayang, komodifikasi kejawaan melalui naskah-naskah tekstual (literatur), sinkretisme dengan pengaruh dari berbagai agama (Hindu, Buddha, Islam, Kristen), penerimaan kejawaan melalui folklor, serta desain kolonialisme.

Barangkali yang menarik untuk dibahas pada saat ini adalah membaca serta menafsirkan ungkapan "Wong Jawa Ilang Jawane" dalam konteks pelanggengan stereotipe dan klise kebudayaan.

Konteks perbandingannya adalah mempersoalkan makna munculnya identitas kejawaan yang selalu berubah sesuai dengan tegangan lokal maupun global dalam wacana mutakhir.

Pendekatan yang mungkin dilakukan adalah melakukan tafsir atas pandangan dan laku "wong Jawa" dalam bidang ekonomi, politik, etika, agama, pendidikan, seni, teknologi, dan kebudayaan.

Balai Soedjatmoko Solo sengaja mengusung tajuk "Wong Jawa Ilang Jawane" lebih sekadar sebagai titik tolak untuk membuat kajian secara berkelanjutan dan mendalam tentang Kebudayaan Jawa – dengan asumsi itu sebagai satu konsep yang utuh – namun dengan menyadarinya sebagai kebudayaan yang dinamis. Yaitu, kajian terhadap berbagai aspek maupun fenomena yang (pernah) ada dan terjadi di dalam Kebudayaan Jawa, yang niscaya amat kompleks dan tak akan habis diwacanakan.

Sekali lagi, tajuk "Wong Jawa Ilang Jawane" sebatas frasa yang diharapkan bisa jadi magnet yang menggoda orang untuk terlibat bersama melakukan telaah dan kajian tentang aspek-aspek kebudayaan (Jawa). Entah itu menyangkut definisi tentang "Jawa" atau Kebudayaan Jawa, yang di dalamnya antara lain mencakup filsafat, etika, adat-istiadat, kearifan sosial, bahasa, sastra dan aksara, karya-karya budaya dan seni, dan lain sebagainya.

Balai Soedjatmoko memiliki komitmen untuk menggali berbagai persoalan yang berhubungan dengan fenomena perubahan atau transformasi yang terjadi – secara terus menerus – yang dialami Kebudayaan Jawa, sehingga kajian ini akan menjadi studi yang berkelanjutan tentang Kebudayaan Jawa. Oleh karena itu, seminar bertajuk "Wong Jawa Ilang Jawane" ini akan berlangsung secara "serial", berlanjut secara terjadwal, mungkin dua bulan sekali dengan topik bahasan yang berbeda.

Ada harapan bahwa kajian tersebut akan menghasilkan butir-butir "mutiara" yang diharapkan bisa diaktualisasi dalam konteks Kebudayaan Indonesia masa kini.

Atau, dengan kata lain, potensi-potensi positif yang ada di dalam Kebudayaan Jawa di masa lalu (dan kini) diharapkan bisa memberikan sumbangan bagi peradaban dan kemanusiaan, baik di tingkat lokal, nasional maupun global.

Pameran Seni Rupa

14- 23 Juni 2009

bertempat di Balai Soedatmoko dan House of Danar Hadi

Pembukaan:

14 Juni 2009, pk. 10.00 wib

di Balai Soedjatmoko, Jl. Slamet Riyadi 284, Solo

Peserta Pameran Seni Rupa

Suwaji, Heri Dono, VA. Sudiro, Djoko Pekik, Yogi Setiawan, Ivan Sagito, Nurkholis, Nasirun, Agus Burhan, Ong Hari Wahyu, Dona Prawita, Samuel Indratma, Laksmi Shitaresmi, S.Teddy D., Wedhar Riyadi, Dyan Anggraeni, Kokok Suratmoko, Teguh Ostentrik, Muhammad Yusuf, Ipong Purnomosidhi, Nano Warsono, Jeihan, Iwan Widjoyo, Wara Anindya, Andre Tanama, Gigih Wiyono, Barata Sena, Jaya Adi, Muncang, Dani Iswardana W., R. Rudy Yanto, Ki Gede Solo, Hasyim Katamsi, Enggar Yuwono, Florish Sekarjati, Fajar Sutardi, Wiwin Dwiyanto, Aries BM, Koni Herawati

 
Seminar Wong Jawa Ilang Jawane

Pembicara: MT. Arifin, S. Margana, Suparto Brata

14 Juni 2009, pk. 11.00 wib

di House of Danar Hadi

Jl. Slamet Riyadi No. 261, Solo

contact person

:

Antok 0852 9332 6766

Heru Prasetya 0816675808


__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment